TANJUNG REDEB – Kasus anak putus sekolah masih ada di kabupaten Berau. berbagai faktor penyebab. Minimnya pemahaman terhadap pentingnya pendidikan serta akses menuju fasilitas sekolah kerap jadi faktor utama. hal itu juga diakui Dinas pendidikan (Disdik) Berau.

 Terutama untuk anak-anak yang berada di wilayah jauh atau kampung terpencil. bahkan di sejumlah kampung diakui masih banyak ditemukan anak-anak putus sekolah akibat tidak adanya Sekolah Menengah Pertama (SMP) usai mereka lulus tingkat Sekolah Dasar (SD).Kabar itu diakui  Kepala Bidang Pembinaan SMP Disdik Berau, Adang Salik.

“Karena memang kondisi wilayah itu sangat jauh sehingga diantara mereka ada yang putus sekolah ,tetapi bagi keluarga yang mampu mereka bisa pindah ke kampung lain untuk melanjutkan ke jenjang SMP,” ujarnya, Selasa 12 Oktober 2021.

Oleh karena itu, menurutnya, Disdik saat ini tengah fokus terhadap upaya memfasilitasi anak-anak yang memiliki kendala melanjutkan sekolah karena faktor minim fasilitas.

Targetnya jelas, guna menekan angka putus sekolah di Berau. Program pendidikan 12 tahun.  Fokus awal   dengan penyediaan sekolah filial yang bergabung dengan SMP terdekat.

Nantinya, sekolah filial ini fasilitas dan gurunya ditanggung oleh SMP induk namun fasilitas ruang belajar meminjam salah satu gedung SD kampung setempat.

Yang kedua, yakni sekolah satu atap. Sekolah ini secara umum merupakan SMP mandiri, namun memanfaatkan  gedung SD sebagai lokasi belajarnya. Bukan hanya ruang belajarnya yang berbagi dengan SD.  Tetapi, kepala sekolah serta gurunya  akan diisi oleh guru SD tersebut.

“ Jadi anak-anak yang lulusan dari sekolah itu tidak kemana -mana lagi dan tinggal melanjutkan di gedung sekolah yang sama,” tuturnya.

Contoh sekolah satu atap di Kampung Teluk Sumbang, Balikukup dan Kampung Tasuk dan di Kampung Biatan. Selain itu, Disdik tengah mendata kampung yang belum memiliki sekolah SMP.

Adang mengungkapkan, bahwa rata-rata wilayah yang terdapat kasus anak putus sekolah yakni berasal dari kecamatan jauh dengan  kampung terpencil atau pedalaman.

Sehingga tidak heran rata-rata anak-anak di sana hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. “Ke depan akan diupayakan untuk dipenuhi SMP filial atau Satap agar bisa mengakomodir siswa menempuh pendidikan lanjutan,” tutupnya.(*)

Editor: RJ Palupi