TANJUNG REDEB – Kepala Dinas (Kadis) Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Berau, Junaidi, menjelaskan kedelai mulai menjadi prioritas, karena lahannya semakin berkurang. Sebab, banyak petani yang beralih fungsi lahan menjadi komoditas sawit.

Padahal, produktivitas komoditas kedelai di Kabupaten Berau pada tahun 2023 lalu mengalami peningkatan luas tanam.

“Dari luas tanam 5 hektare menjadi 10 hektare dengan jumlah produksi 17 ton,” Jelas Junaidi.

Sedangkan 2022 lalu, luas tanam 5 hektare. Produksi kedelai hanya 12 ton saja.  Kadis DTPHP menilai, petani semakin bergairah untuk menanam kedelai.

Hingga saat ini luas lahan tersisa 11 hektare. Padahal, tahun 90-an Berau memiliki sentra kedelai di Kecamatan Batu Putih.

“Sayangnya, banyak petani yang pindah ke sawit seperti yang bisa dilihat di sepanjang jalan menuju Talisayan hingga Batu Putih, sudah banyak sawit. Kecuali yang termasuk kawasan hutan konservasi,” jelasnya.

Kebanyakan tanah di Berau rata-rata lembung dan berpasir serta mempunyai kandungan PH tinggi. Kedelai lebih cocok ditanam pada daerah pesisir Berau.

“Selama ini, kendala kita di lahan yang tidak ada. Kedelai membutuhkan perawatan yang spesifik, berbeda dengan singkong atau jagung,” bandingnya.

Untuk meningkatkan produktivitas tersebut, pihaknya telah memberikan bantuan bibit kedelai tahun lalu.

Dari bantuan yang diberikan itu, ada saja petani yang mau menerima, tapi ada juga yang sudah tidak mau menanam kedelai, lantaran banyak yang alih fungsi lahan tadi.

Menurutnya, petani lebih memilih sawit, karena perawatannya yang mudah. Meskipun baru bisa panen beberapa tahun kemudian.

“Jenis tanaman pangan seperti kacang-kacangan dan palawija rata-rata usia panen sekitar 3-4 bulan tambah membutuhkan perawatan yang ekstra. Tapi, kedelai ini bisa dua kali panen dalam setahun,” jelas Junaidi, membandingkan lagi. (*)

Reporter : Dini Diva Aprilia

Editor : s4h