TANJUNG REDEB – Beredar video viral di salah satu media sosial bahwa ada warga Kampung Inaran, Kecamatan Sambaliung, meninggal dunia karena pemerintah lambat evakuasi banjir.
Kepala Kampung Inaran, Amirullah, membantah kabar tersebut dan mengatakan penyebab warganya meninggal bukan karena evakuasi lambat.
“Tidak benar itu. Saya sudah komunikasi dengan pihak keluarga,” kata Amirullah Kepada berauterkini.co.id, Minggu (11/5/2025).
Dia mengatakan, warganya yang berinisial EL tersebut meninggal dunia hampir sepekan yang lalu.
Berdasarkan keterangan kakak kandung EL, Hamidah, penyebab adiknya meninggal dunia bukan karena terlambatnya penangan medis atau penanganan evakuasi, melainkan penyakit bawaan yaitu komplikasi jantung dan struk.
“Di meninggal mendadak diduga penyakitnya kambuh usai mandi,” ungkapnya.
Adapun kronologis kejadiannya, kata Amirulla, sebelum dinyatakan meninggal, EL yang selesai makan siang langsung minta mandi. Saat dimandikan kakaknya, EL sempat menyampaikan perkataan “mati” beberapa kali.
Kurang lebih 5 menit setelah mandi, EL langsung mengalami sesak napas. Tidak lama kemudian, EL meninggal dunia secara mendadak.
Karena kondisi rumah EL dalam keadaan terendam banjir, maka pihak keluarga meminta untuk pemandian jenazah dilakukan di dataran yang lebih tinggi.
Ketua PKK Inaran, Endang, menyarankan jenazah untuk dimandikan dan dikafani di Polindes. Jenazah pun dibawa perahu bersama warga RT 03 lainnya.
“Jadi tidak benar kalau disebut lambat penanganan,” paparnya.
Adapun terkait masalah air bersih yang sempat disebut warganya tidak ada, hal itu juga tidak dibenarkan kepala kampung.
Menurutnya, pihak pengelola air bersih yaitu BUMK, selalu mengalirkan air bersih ke rumah-rumah warga walaupun dalam kondisi banjir.
“Meskipun PLN padam, pihak pengelola menggunakan mesin genset dan BBM-nya juga sempat dibantu oleh salah satu perusahaan di Inaran,” pungkasnya. (*)