TANJUNG REDEB-Penanganan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang kurang tepat masih banyak ditemukan Dinas Kesehatan Berau.  Setelah melakukan kunjungan ke sejumlah kampung, bahkan ada yang masih memperlakukan para ODGJ dengan cara memasung.

Seperti yang ditemui Dinas Kesehatan di Kampung Tanjung Batu, di sini ternyata masih ada ODGJ yang dipasung, padahal hal tersebut tidak disarankan. Ada juga yang putus berobat sehingga kondisinya semakin memprihatinkan.

“Ini yang kemudian kita beri pemahaman atau edukasi kepada keluarganya,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Berau, Garna Sudarsono, Minggu, 22 Agustus 2021.

Dari catatan Dinas Kesehatan, Kecamatan Teluk Bayur menduduki ranking pertama dengan kasus ODGJ terbanyak disusul kelurahan Kampung Bugis, Tanjung Redeb, yakni sebanyak 51 orang dengan 9 di antaranya terlantar.

Sejak tahun 2018 sampai dengan 2020, kasus ODGJ kian meningkat. Tercatat, di tahun 2018 sebanyak 318 kasus, 2019 ada 408 kasus dan 2020 sebanyak 470 kasus.

“Bahkan saat ini ada 6 orang dengan gangguan jiwa yang menjalani masa rehabilitasi di RSUD Abdul Rivai Tanjung Redeb,” jelasnya.

Garna melanjutkan, kunjungan sekaligus edukasi yang dilakukan di 4 kecamatan terdekat seperti Kampung Tepian Buah, Suaran dan Tanjung Batu, sebelum pemberlakuan PPKM level 4 di Kabupaten Berau.

Kegiatan ini juga merupakan salah satu program kegiatan dari Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa (PTM Keswa) Dinkes Berau. kegiatan Ini merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Keluarga Sayang Orang dengan Gangguan Jiwa (GAGAS ODGJ).

“Untuk menekan tingginya kasus ODGJ, dibutuhkan peran serta masyarakat maupun tokoh masyarakat, dalam melakukan pembinaan terhadap pihak keluarga,” katanya.

Dari beberapa kunjungan ke kecamatan tersebut didapati permasalahan yang kerap terjadi dalam penanganan ODGJ. Yaitu minimnya peran serta keluarga penderita ODGJ. Selain itu, pengetahuan keluarga sangat minim dalam hal perawatan, serta kurangnya minat keluarga untuk membawa berobat.

Tak jarang, para penderita ODGJ ini ditelantarkan bahkan di pasung di ruang sempit bahkan ada yang ditempatkan terpisah dari rumah utama.

“Untuk itu, perlu adanya edukasi terhadap keluarga, memberikan konseling tentang pemantauan obat, tanda gejala gangguan yang kambuh dan cara perawatan di rumah hingga memberikan edukasi tentang pentingnya pengobatan pada pasien dengan gejala berat,” pungkasnya. (*)

Editor: Bobby Lalowang