BERAU TERKINI – Perbaikan tata kelola kesehatan hingga kerja sama lintas sektor menjadi salah satu kunci penurunan angka kematian ibu dan bayi di Berau.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Berau mencatat penurunan signifikan pada angka kematian ibu hingga bulan September 2025.
Berdasarkan data terbaru, hanya terdapat dua kasus kematian ibu selama periode tersebut, jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2024 yang mencapai sembilan kasus.
Selain itu, kasus kematian bayi juga menurun drastis, dari 79 kasus di tahun sebelumnya menjadi 30 kasus pada periode yang sama tahun ini.
Kepala Dinkes Berau, Lamlay Sarie menjelaskan bahwa penurunan angka kematian ibu dan bayi ini merupakan hasil dari berbagai upaya perbaikan yang dilakukan secara menyeluruh.
“Kami melakukan penguatan peran tenaga kesehatan, pembenahan tata kelola layanan, serta peningkatan sistem rujukan di rumah sakit dan puskesmas,” ujarnya saat dihubungi pada Jumat (26/9/2025).
Lamlay mengakui bahwa sebagian besar kematian ibu masih terjadi di rumah sakit. Oleh karena itu, pihak rumah sakit diharapkan memperbaiki Standar Operasional Prosedur (SOP) internal dalam penanganan ibu bersalin.
“Mulai dari tata kelola layanan, kelengkapan panduan, SOP, hingga koordinasi antar-ruangan dan kesepakatan indikator pelayanan harus diperbaiki,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pelayanan yang lambat dan kurang optimal harus segera dibenahi demi keselamatan ibu dan bayi.
Lamlay menekankan pentingnya menjaga kondisi kesehatan ibu selama masa kehamilan. Ia juga mengimbau agar ibu hamil rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap bulan di puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.
“Hubungi puskesmas terdekat agar bisa terpantau sejak awal,” tegasnya.
Lebih lanjut, Lamlay menyebutkan bahwa dari 30 kasus kematian bayi yang tercatat hingga September 2025, sebanyak 27 di antaranya meninggal dalam usia neonatal (0-28 hari).
“Angka kematian bayi ini masih perlu mendapat perhatian serius karena sebagian besar meninggal pada usia kurang dari satu tahun,” ujarnya.
Terkait hal tersebut, ia bilang, Pemkab Berau telah memberikan perhatian luar biasa terhadap program perlindungan ibu dan bayi.
Untuk mendukung kesehatan ibu dan bayi, Pemkab Berau juga telah menyediakan berbagai fasilitas seperti rumah tunggu kelahiran. Fasilitas ini disiapkan bagi warga yang rumahnya jauh dari rumah sakit dan direkomendasikan untuk bersalin di rumah sakit.
“Rumah tunggu kelahiran bisa ditempati secara gratis, termasuk fasilitas makan yang ditanggung pemerintah. Jadi, tidak ada alasan jarak jauh menjadi kendala,” jelasnya.
Tak hanya itu, Pemkab Berau juga memberikan dukungan biaya penginapan bagi warga kampung yang jauh dari puskesmas dan membutuhkan tempat tinggal sementara dekat fasilitas kesehatan. Misalnya, apabila ada rekomendasi bersalin ke rumah sakit, itu menandakan adanya risiko pada ibu hamil. Namun, jika melahirkan normal, cukup dilakukan di puskesmas.
Ia menambahkan bahwa Pemkab Berau turut memberikan pembiayaan BPJS Kesehatan gratis bagi warga tidak mampu. Upaya peningkatan kualitas tenaga kesehatan juga terus dilakukan dengan pelatihan-pelatihan yang melibatkan dokter, bidan, dan perawat puskesmas, termasuk pelatihan On the Job Training (OJT) di RSUD Abdul Rivai.
Lamlay menyebutkan bahwa Dinkes Berau juga memberikan pelatihan penggunaan alat ultrasonografi (USG) bagi dokter umum di puskesmas. Saat ini, dari 21 puskesmas di Berau, semuanya sudah dilengkapi dengan alat USG dan didukung dokter umum yang terlatih.
Dengan demikian, dia berharap angka kematian ibu dan bayi terus menurun ke depannya dengan dukungan seluruh pihak dan kesadaran masyarakat. “Harapannya semua ibu hamil dan bayi yang dilahirkan dapat dalam kondisi sehat,” tutupnya.(*)