Penulis : admin
  • OLEH: Indra Sulistyo, KPPN Tanjung Redeb

Sering kita baca, bahkan tiap hari, berita pemadaman listrik di Kabupaten Berau beredar di lini masa platform media sosial baik instagram maupun di grup whatsapp. Bahkan dalam tajuk berita Berau Terkini dengan judul “Bagaikan Drama Korea, Pemadaman Bergilir di Berau Terus Berlanjut dan Belum ada Tanda-Tanda Berakhir” menyebutkan pemadaman tersebut dimulai sejak 21 Februari lalu hingga berita tersebut diterbitkan (23/3/2023) belum ada titik terang kapan akan berakhir.

Sungguh ironi memang membaca berita tersebut, di saat produksi Batubara (salah satunya di Kabupaten Berau) menjadi salah satu sumber utama pendorong kinerja ekspor di Kalimantan Timur, namun kesulitan untuk mencukupi listrik warganya sendiri.

Electricity (Kelistrikan) merupakan salah satu infrastruktur dasar dalam pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, tidak terkecuali kabupaten Berau. Dalam literatur berjudul “Electricity consumption and economic growth in China” (Shiu & Lam,2004) menyebut bahwa terdapat hubungan kausalitas Granger searah dari konsumsi listrik ke PDB riil tetapi tidak sebaliknya.

Selanjutnya,untuk mengatasi kendala konsumsi listrik, pemerintah (China, kurun waktu 1971-2000) harus mempercepat interkoneksi jaringan listrik nasional, meningkatkan jaringan distribusi perkotaan dan pedesaan, dan mempercepat elektrifikasi pedesaan. Dalam literasi lainnya disebutkan yang berjudul “Electricity availability: A precondition for faster economic growth?“ (Best & Burke, 2018) menyebutkan bahwa terdapat beberapa bukti bahwa ketersediaan listrik berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi periode berikutnya.

Kedua penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari ketersediaan infrastruktur kelistrikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Lantas bagaimana jika pertumbuhan ekonomi jika dikaitkan dengan Bulan Ramadhan dan Lebaran?

Menurut data BPS (bps.go.id), dalam 2 tahun terakhir dimana bulan Ramadhan dan Lebaran jatuh pada Triwulan II, terdapat pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Hal tersebut dapat dilihat dari angka laju pertumbuhan ekonomi Nasional maupun Provinsi Kalimantan Timur secara Kuartalan (Q to Q) di tahun 2021 dan 2022. Pertumbuhan Ekonomi Kuartal (Q) II Nasional sebesar 4,73 persen di Tahun 2022 dan 1,80 persen di Tahun 2021. Sedangkan di level Provinsi Kalimantan Timur sebesar 3,12 persen di Tahun 2022 dan 1,90 persen di Tahun 2021.

Dari data dan literasi tersebut, tentu kita dapat membayangkan, bahwa terdapat momentum pertumbuhan ekonomi di awal 2023 yang perlu dijaga di tengah perekonomian dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Nilai pasti potensi pertumbuhan ekonomi yang hilang perlu dihitung secara lebih presisi.

Namun yang terlihat kasat mata, dengan adanya pemadaman listrik, aktivitas manusia menjadi berkurang, proses produksi terhambat, serta beberapa efek lainnya yang menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi tertunda bahkan terhambat Bagi entitas usaha menengah ke atas mungkin dampaknya lebih ringan dibanding Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM lebih rentan karena modal kecil dan tidak memiliki sumber listrik cadangan (genset).

Kita sebagai masyarakat tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. Namun, semua stakeholder harus menyadari dan memikirkan dampak krisis ini dalam jangka panjang di tahun-tahun berikutnya. Hal ini agar pasokan listrik lebih stabil, pertumbuhan ekonomi terjaga dan investor pun tak ragu-ragu dalam menanamkan modalnya di Bumi Batiwakal tercinta. (*)

Catatan: Tanggung Jawab atas isi tulisan diatas menjadi tanggung jawab penulis.