Petugas DLHK Berau membersihan badan jalan dan median di kawasan Jalan Pangeran Diponegoro.

TANJUNG REDEB – Sekitaran Jalan Pangeran Diponegoro Tanjung Redeb, Kabupaten Berau yang beberapa hari diliputi debu ataupun tumpukkan lumpur dan dikeluhkan warga, dibersihkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau.

Dalam pantauan di lapangan, terlihat puluhan pasukan orange DLHK, menyapu sampah dan menyemprotlumpur yang sudah mengeras di badan jalan hingga di bagian median jalan.

Petugas menggunakan tenaga manual, yakni sapu lidi hingga sekop untuk membersihkan endapan pasir bercampur lumpur.

25 JALAN BERDEBU DIBERESKAN 1

Selain itu, dibantu dengan dua kendaraan taktis penyemprot milik DLHK dan tiga kendaraan roda tiga yang juga memuat air dengan kapasitas 350 liter.

Terpantau sepanjang 3,5 kilometer Jalan Pangeran Diponegoro, nampak dipenuhi lumpur bercampur pasir. Sehingga bila dipapar terik matahari, secara otomatis endapan tersebut berubah menjadi debu yang membahayakan warga.

Hal tersebut diterangkan, Kabid Pengelolaan Sampah dan Penanganan Limbah B3, Suhardi, kala ditemui berauterkini.co.id, pada Sabtu (23/12/2023) kemarin.

Kegiatan pembersihan jalan tersebut, kata Kabid Pengelolaan Sampah dan Penanganan Limbah B3 Suhardi,  merupakan tindak lanjut dari instruksi Bupati Berau Sri Juniarsih, yang menerima banyak keluhan dari masyarakat terkait kondisi Jalan Diponegoro.

“Kami menerima instruksi Bupati yang disampaikan melalui Bapak Kepala Dinas DLHK,” ujar Suhardi, saat ditemui berauterkini.co.id, Sabtu (23/12/2023).

Diterangkan, kondisi jalan yang kotor tersebut diakibatkan oleh dua faktor. Pertama, yakni aktivitas proyek pembangunan trek bagi pejalan kaki. Yang mana, kegiatan proyek tersebut dibawahi langsung Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau.

Seharusnya, pihak dinas dapat memberikan tekanan kepada pihak pemborong proyek tersebut, agar bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan dari proyeknya.

“Masa kerja setengah. Habis manis sepah dibuang. Selesai proyeknya, langsung ditinggalkan debunya,” ujarnya yang terlihat agak berang.

Sedangkan faktor kedua, yakni aktivitas perusahaan penambang pasir yang berada di ujung Jalan Diponegoro.

Menurutnya, aktivitas pengangkutan pasir tanpa penutup alias terbuka, mengakibatkan muatan truk beterbangan di sekitar jalan. Bahkan mungkin bisa tertumpah, lantaran bak truk tidak mampu menampung debit pasir.

“Pasir ini juga masalah. Kalau beraktivitas mengangkut pasir dengan bak terbuka,” terangnya.

Disarankan, agar para pelaku pengusaha pasir di kawasan tersebut dapat memberikan penutup atas saat beroperasi di jalan raya.

Sebab, bila tidak, pengerjaan pembersihan jalan akan terus berulang akibat ulah pengusaha pasir yang bandel.

“Lain kali, kalau mengangkut pasir, baknya di tutup, atas dan bawahnya, agar pasir tidak tumpah,” sarannya.

Suhardi mengaku khawatir dengan aktivitas penambangan pasir yang berada di lokasi tersebut. Sebab, sampai membuat warga sekitar, khususnya anak-anak terserang penyakit gangguan pernapasan.

“’Kan sudah ada korban. Jadi koorperatiflah,” pintanya.

DLHK memberi peringatan kepada kontraktor proyek jalan dan drainase, agar bisa membersihkan sisa lumpur yang berada di jalan.

Sebab, dalam pantauannya hingga saat ini masih banyak proyek yang sedang berjalan yang posisinya berada di dalam kawasan perkotaan.

“Itu jalan ramai. Kasian kalau hari-hari orang makan debu,” katanya. (*)

Reporter : Sulaiman

Editor : s4h