TANJUNG REDEB-Menjadi saksi sejarah perjalanan panjang kabupaten Berau, Kecamatan Teluk Bayur menyimpan sejumlah bangunan sejarah yang sampai dengan saat ini berdiri kokoh. Namun sayang belum semuanya terkelola dengan baik.

Wakil Bupati Berau, Gamalis, yang melihat gedung Kamar Bola di Kecamatan Teluk Bayur dibuat terkejut dengan kondisi yang ada. Pasalnya, apa yang dilihat saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan apa yang dia lihat saat masa kecil dulu.

“Sekian puluh tahun saya baru ke sini kembali, saya tidak menemukan bangunan yang dulu semasa kecil saya sebagai sebuah bangunan megah. Tetapi ketika saya kembali kesini hari ini, apa yang dulu saya lihat sudah tidak bisa saya temukan. Baik segi bentuk dan kesan sejarah itu tidak ada,” ujarnya, Jumat, 6 Agustus 2021.

Gamalis melihat di gedung kamar bola itu hanya tertinggal di sisi pagar belakang masih asli. Sementara bangunan lain sudah jauh berubah. Lalu kemudian, ada juga informasi yang menyebut bangunan kamar bola tersebut akan dijadikan museum batu bara. 

Tetapi, Gamalis belum mengetahui apakah museum batu bara itu baru sebatas wacana atau sudah akan direalisasikan. Tapi jika memang sudah ditetapkan sebagai museum batu bara yang menjadi pertanyaan.

“Ketika saya melihat sisi dalam bangunan tidak menemukan apa di dalam gedung selain ruangan kosong. Lalu, di mana museum batu bara itu,” tanya Gamalis.

Program revitalisasi bangunan cagar budaya memang diakui masuk 18 program yang diusung pasangan Bupati Sri Juniarsih dan Gamalis. Revitalisasi bangunan bersejarah bukan hanya keraton, tetapi juga banyak peninggalan sejarah lain di Teluk Bayur.

Saat ini pihaknya akan mulai inventarisir bangunan-bangunan bersejarah yang ada. Tapi dengan melihat kondisi gedung kamar bola Teluk Bayur ini tidak ada yang perlu direvitalisasi. Karena bentuk aslinya sudah hilang.

“Padahal bayangan saya hadir ke gedung ini akan bernostalgia dengan masa lalu tapi justru sebaliknya,” sebutnya.

Melihat kondisi ini, Gamalis akan segera berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kalaupun bangunan ini ingin dijadikan museum batu bara tentu akan berkoordinasi dengan ESDM provinsi agar bisa mewujudkan itu.

Selain itu juga perusahaan-perusahaan pertambangan di Berau untuk menyumbangkan sampel batu bara mereka dan miniature alat-alat pertambangan itu sendiri.

“Tapi nanti akan kami koordinasikan dengan Disbudpar dulu mengenai pengelolaan ke depan,” pungkasnya. (*)

Editor: Bobby Lalowang