JAKARTA – GBK akan penuh tekanan malam ini. Di tengah sorak ribuan pendukung, Emil Audero, kiper berdarah Indonesia-Italia, bersiap menjalani debutnya bersama Timnas Indonesia. Tak ada panggung yang lebih berat untuk pertama kali turun: laga penentu kontra China di kualifikasi Piala Dunia 2026.

Pertandingan ini bukan sekadar soal tiga poin. Indonesia harus menang untuk menjaga asa lolos dari Grup C zona Asia. Sementara China datang dengan satu senjata lama yang sudah terbukti efektif—serangan balik cepat.

Emil tak menampik itu.

“Pada laga pertama (di China) kita sering terkena serangan balik. Hal itu sudah diperbaiki dan disimulasikan selama pemusatan latihan,” kata Emil Audero dilansir Beritasatu.com.

Ucapan itu mencerminkan kesiagaan. Bukan hanya kesiapan teknis di bawah mistar, tapi juga pemahaman akan risiko yang akan mereka hadapi. Emil paham betul bahwa dominasi penguasaan bola justru bisa menjadi jebakan jika tak diimbangi kewaspadaan.

“Tim China mungkin tahu bahwa Indonesia akan punya posisi bola lebih banyak. Ini justru hal yang harus diwaspadai,” ujarnya. “Kita harus lebih hati-hati agar tidak terkena serangan balik.”

Mental menjadi kunci. Apalagi di pertandingan berintensitas tinggi seperti ini, di mana prediksi bisa berubah setiap menitnya. Emil tahu, persiapan hanya setengah dari pertarungan.

“Namun itu semua sudah dipersiapkan,” kata dia. “Akan tetapi semuanya akan dijalankan nanti karena kita tidak tahu nanti perjalanan pertandingan akan seperti apa.”

Debut Emil hadir di saat yang tidak ideal bagi skuad Garuda. Marselino Ferdinan dan Maarten Paes absen karena akumulasi kartu, sementara Ragnar Oratmangoen belum pulih dari cedera. Pelatih Patrick Kluivert tak punya banyak pilihan selain menurunkan trio bek Jay Idzes, Rizky Ridho, dan Justin Hubner untuk menopang pertahanan.

Kini, Indonesia mengantongi sembilan poin di peringkat keempat, unggul tipis dari China yang memiliki enam poin di posisi keenam. Dengan dua laga tersisa, termasuk melawan Jepang, pertandingan malam ini bisa menjadi titik balik—atau justru titik nadir. (*)

Bagi Emil Audero, ini bukan sekadar debut. Ini adalah ujian mental, ujian loyalitas, dan mungkin permulaan kisah panjang bersama Merah Putih.