TELUK BAYUR – Sebuah dapur sederhana di sudut Teluk Bayur menjadi saksi perjalanan sebuah kue tradisional yang kembali merebut hati pasar. 

Dari sanalah Clara, seorang perempuan lokal, mengolah kembali rasa masa kecil dalam wujud bolu jadul. Kue klasik yang sempat terpinggirkan oleh tren kekinian.

Clara memulai usahanya delapan tahun silam, tanpa etalase, tanpa toko fisik. Ia hanya mengandalkan dapur rumahnya sebagai pusat produksi. 

Kini, permintaan datang silih berganti. Dalam sehari, ratusan hingga ribuan kue keluar dari loyang miliknya, membawa pulang omzet jutaan rupiah.

“Bolu jadul yang best seller. Sehari produksinya bisa sampai ratusan. Itu kalau ada pesanan bisa sampai dua kali lipat, karena saya juga berjualan di Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD),” ujar Clara kepada media ini.

Kesuksesan ini bukan semata hasil keuletan, tetapi juga buah dari komitmen Clara menjaga mutu. 

Produksinya telah mengantongi sertifikat keamanan pangan dari Dinas Kesehatan Berau. Ia juga aktif mengikuti pelatihan yang digelar Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau.

“Saya juga mengikuti pelatihan dari Diskoperindag Berau, khususnya untuk kuliner tradisional. Karena fokus saya di produk olahan tradisional Berau. Hasilnya, banyak ilmu baru yang saya dapatkan mulai dari jenis pengolahan yang higienis, hingga pengemasannya,” tuturnya.

Keputusannya menekuni kue tradisional bukan sekadar pilihan bisnis. Sebagai putri daerah, Clara ingin memberi ruang bagi rasa-rasa lama yang perlahan terlupakan. Baginya, kuliner lokal punya nilai lebih dari sekadar nostalgia—ada warisan budaya yang perlu terus dihidupkan.

Meski berbagai jenis cake modern terus bermunculan, bolu jadul tetap memiliki tempat tersendiri. Clara percaya, justru kesederhanaan bahan dan proseslah yang membuatnya istimewa.

“Justru kesederhanaannya itulah yang menjadi daya tarik utama. Cukup dengan telur, tepung terigu, gula, margarin cair, sudah bisa menghadirkan kue berkelas yang cocok disajikan kapan saja,” katanya.

Bolu buatan Clara kini tak hanya hadir di meja keluarga Berau, tapi juga mulai dikenal oleh pasar yang lebih luas. Dari dapur rumahnya, ia membuktikan bahwa usaha kecil bisa mengangkat kembali kebanggaan terhadap kuliner nusantara. (Adv/aya)