TANJUNG REDEB – Jawaban atas teka-teki tak munculnya Ubur-ubur langka di Pulau Kakaban dalam beberapa bulan belakangan ini diungkap Bupati Berau, Sri Juniarsih, dalam kesempatan rapat paripurna di ruang rapat DPRD Berau, Senin (25/3/2024).

Umi Sri – sapaan Bupati Berau ini menyatakan, selama kondisi tersebut terjadi di Danau Pulau Kakaban, pemerintah terus melakukan upaya dalam mencari tahu penyebab dan solusi atas masalah yang terjadi di destinasi wisata andalan “Bumi Batiwakkal” tersebut.

Tidak bekerja sendiri, lintas OPD hingga NGO’s dan para peneliti dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, diterjunkan untuk melakukan uji laboratorium selama kurang lebih lima bulan belakangan ini.

“Karena kita ketahui bersama, kalau Ubur-ubur langka di Pulau Kakaban itu merupakan salah satu daya tarik wisatanya,” kata Umi Sri.

Dalam penelitian tersebut, didapatkan hasil bila kondisi air saat ini tercemar oleh pertumbuhan plankton yang menyesaki seluruh permukaan air di danau tersebut.

Walhasil, kondisi itu menyebabkan Ubur-ubur tanpa sengat tersebut tidak mau muncul ke permukaan berenang menemani para wisatawan.

“Air danau tercemar oleh plankton,” ujar Umi Sri.

Sementara itu, Kepala SKW I BKSDA Kaltim-Berau, Muhammad Ilyas, menyatakan bakal berkoordinasi lebih lanjut dengan OPD terkait dalam mengungkapkan hasil resmi tersebut.

Saat ini, diketahui kewenangan di dalam proses pemberitahuan informasi publik berada di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DLHK dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau.

“Karena penelitiannya sudah dua kali dan kami bakal tindaklanjuti,” ujarnya.

Pihaknya hanya dapat memastikan bila Ubur-ubur yang ada di Danau Kakaban tidak hilang atau mati di dalam air danau tersebut.

Ubur-ubur tersebut hanya tidak muncul ke permukaan atas faktor yang telah ditemukan dalam penelitian tersebut.

“Untuk perkembangan lebih lanjutnya, ada di dinas,” ujarnya. (*/ADV)

Reporter : Sulaiman

Editor : s4h