Foto: Aktivitas pengangkutan batubara
JAKARTA – Harga komoditas batu bara melemah setelah menguat selama lima hari berturut-turut. Harga crude palm oil (CPO) menguat empat lima hari berturut-turut di kala stok dan produksi Malaysia mengalami pelemahan.
Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (10/1/2024), harga batu bara berjangka kontrak Januari 2024 di ICE Newcastle ditutup melemah -1,58% atau -2,15 poin ke posisi US$133.50 per metrik ton.
Kemudian, kontrak pengiriman Februari 2024 juga melemah sebesar -2,01% atau -2,70 poin ke level US$131,50 per metrik ton. Di saat para diplomat iklim di COP28 Dubai memperdebatkan kesepakatan untuk beralih dari bahan bakar fosil pada Desember 2023, India membangun lebih banyak kapasitas listrik dengan cepat.
“Kebijakan India adalah membangun segalanya. Mendorong energi terbarukan, tapi juga mendorong batu bara dan bahan bakar fosil lainnya,” jelas direktur organisasi yang berfokus pada iklim Swaniti Global, Sandeep Pai, dengan dalih untuk peningkatan permintaan listrik. Namun dalam hal energi terbarukan, India gagal membangun pembangkit listrik yang cukup untuk memenuhi target ambisiusnya yaitu 500 gigawatt kapasitas energi bersih pada 2030.
Adapun, Pemerintah India memproyeksikan akan melipatgandakan produksi batu bara hingga mencapai 1,5 miliar ton pada 2030, menambah 88 gigawatt pembangkit listrik tenaga panas (termal) pada 2032. Sebagian besar pembangkit listrik tersebut akan menggunakan batu bara.
Kemudian, mengutip S&P Global, proyeksi ekspor batu bara AS tahun 2024 direvisi turun oleh Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat (AS) menjadi 91 juta ton pendek (st). Jika terjadi, jumlah tersebut menunjukkan penurunan sebesar 9% dibandingkan dengan ekspor pada tahun 2023 yang mencapai 100 juta st.
Permintaan batu bara yang lebih rendah juga tercermin dalam perkiraan produksi batu bara AS tahun 2024 yang dikeluarkan EIA, yang merupakan angka terendah sepanjang masa.
Total konsumsi batu bara AS diproyeksikan sebesar 391,3 juta st pada tahun 2024, naik 1,6% dari proyeksi bulan sebelumnya. EIA memperkirakan total konsumsi batu bara pada tahun 2025 sebesar 361,7 juta st.
CPO
Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 menguat 21 poin menjadi 3,743 ringgit per metrik ton. Kemudian, kontrak Maret 2024 menguat 27 poin menjadi 3,759 ringgit per metrik ton.
Mengutip Bernama, kontrak berjangka minyak kelapa sawit (CPO) telah berakhir lebih tinggi, menyusul tingkat stok Malaysia yang lebih rendah dari perkiraan dan produksi yang lebih lemah pada Desember 2023. Pedagang minyak sawit, David Ng, mengatakan bahwa penurunan stok dilihat sebagai faktor harga yang positif dan dapat meningkatkan sentimen.
“Oleh karena itu, dukungan terlihat pada 3.700 ringgit per metrik ton dan resistensi pada 3.860 ringgit per metrik ton,” terangnya.
Mengutip Reuters, Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) melaporkan bahwa stok minyak sawit Malaysia pada akhir Desember 2023 mencapai sebesar 2,29 juta metrik ton, menurun 4,64% dari bulan sebelumnya, terendah dalam tiga bulan. Jika dibandingkan November 2023, produksi CPO Desember tahun lalu menurun -13,31% menjadi 1,55 juta ton. Ekspor minyak sawit juga menurun sebesar -5,12% menjadi 1,33 juta ton.
Kemudian, kontrak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, menguat sebesar 1,57%. Kontrak minyak kelapa sawit, DCPcv1, juga meningkat 2,29%. Harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBPT), BOcv1, naik 0,02%. Analis teknikal Reuters, Wang Tao, mengatakan bahwa minyak kelapa sawit FCPOc3 mungkin akan menembus resisten di 3.742 ringgit per metrik ton, dan naik ke 3.794 ringgit.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang perdagangan kontrak minyak kelapa sawit, Ringgit malaysia, ditutup menguat 0,1% terhadap dolar AS. Ringgit yang lebih kuat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.(*/zuh)
Sumber: Bisnis.com