TANJUNG REDEB – Kelompok Batik Tapuri memang bukan lahir menjadi kelompok pembatik pertama di Berau. Berkat semangat dan motivasi kuat bisa muncul kepermukaan dan terus mengejar kualitas dan produktivitas. Kini, Tapuri telah memiliki rumah batik tersendiri.

Ketua Kelompok Batik Tapuri, Mirna Sari mengakui, mereka bukan menjadi kelompok pertama yang fokus dalam kerajinan batik. Bahkan, saat peresmian oleh Mantan Bupati Berau, almarhum Muharram di tahun 2019, ia mengakui kelompoknya belum memiliki karya awal.

Melalui proses, kini mereka telah dapat memproduksi kain batik jenis cap, print, tulis, ecoprint dan sabori. Lengkap dengan 20 perempuan sebagai anggota yang berasal dari kelurahan Tanjung Redeb dan ibu rumah tangga yang berada di dua RT.

Apalagi, inisiasi pembentukan kelompok batik bertujuan khususnya ibu rumah tangga bisa mendapatkan kegiatan yang membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Begitu juga dengan dukungan dari pemerintahan Kabupaten Berau, juga Kecamatan hingga kelurahan sangat mendukung penuh produktivitas dan keberlangsungan Batik Tapuri

“Tapuri ini jalannya masih lebih terlambat daripada yang lain, tapi alhamdulillah sudah bisa mengejar dan kami gencarkan untuk produktivitasnya,”jelasnya.

Untuk meningkatkan pengetahuan, anggota kerap kali belajar sendiri per harinya. Dilakukan setelah mengerjakan pekerjaan rumah, dan setelah mendampingi anak sekolah secara daring. Skema itu dibentuk oleh kelompok mereka sendiri. Untuk mengimbangi kegiatan rumah tangga dan bekerja.

Mirna mengaku, pihaknya tidak terganggu dengan adanya pandemi Covid-19. Justru belajar membatik itu lah yang cocok untuk mengisi kegiatan. Kadang kala, semua anggota juga melakukan pertemuan secara daring untuk belajar sesuai dengan tugas masing-masing.

Seperti anggota diberikan tugas untuk mengurus administrasi, pembelian bahan baku, serta beberapa tahapan proses pembuatan batik, mulai dari menggambar, memberikan warna hingga proses akhir.

Walaupun ada beberapa anggota yang sudah mengikuti pelatihan di luar Berau, mereka lebih banyak untuk belajar sendiri, dan menemukan pola secara mandiri. Hal itu dilakukan untuk melihat sejauh mana inovasi, kualitas per masing-masing anggota.

“Ada tugas masing-masing, tapi tetap harus bisa membatik secara keseluruhan proses. Nanti dari situ dapat belajar agar bisa mempercantik batiknya,” tegasnya.

Sejauh ini, Batik Tapuri memiliki satu motif batik, dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau telah dipatenkan. Yakni berupa jenis daun singkil.

Daun Singkil merupakan khas kelompok mereka, lantaran lingkungan mereka tinggal sering memasak bubur Ancur Paddas yang merupakan makanan khas Berau. Dalam makanan itu, selalu dilengkapi dengan daun singkil untuk memberikan aroma yang khas.

Bukan hanya Singkil, masih ada beberapa motif lainnya, seperti motif Mangrove Prangat dan lainnya. Namun, masih harus berproses di hak patennya.

“Kami punya Singkil yang khas ya, sisanya masih kami coba untuk usulkan dengan bantuan pemkab agar bisa paten milik Kelompok Tapuri,” ungkapnya.

Untuk masalah pemasaran, kelompok Tapuri terus mempromosikan karya mereka. Walaupun masih berkutat di agenda Pemkab dan beberapa wisatawan yang mampir di Tanjung Redeb. Dengan adanya rumah sentra tentu sangat membantu untuk pemasaran mereka. (*)