SAMARINDA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur merilis data terbaru yang mengungkap fakta mengenai struktur kemiskinan di daerah.

Laporan per Maret 2025 tersebut menunjukkan, beban pengeluaran untuk makanan menjadi faktor dominan yang menjerat warga miskin. Di mana lebih dari 70 persen duit warga miskin di Benua Etam habis hanya untuk kebutuhan pangan.

Secara rinci, BPS menetapkan Garis Kemiskinan di Kaltim sebesar Rp 866.193 per kapita per bulan. Dari jumlah tersebut, porsi Garis Kemiskinan Makanan mencapai Rp 611.584 atau 70,61 persen.

Sementara sisanya, hanya 29,39 persen, digunakan untuk kebutuhan non-makanan seperti perumahan, sandang, dan pendidikan.

Temuan ini menjadi catatan penting di tengah kabar baik mengenai penurunan angka kemiskinan secara keseluruhan.

Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana, dalam keterangan resminya pada Jumat (25/7/2025), memaparkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kaltim terus berkurang.

”Jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 sebesar 199,71 ribu orang, menurun 12,2 ribu orang terhadap September 2024 dan menurun 21,63 ribu orang terhadap Maret 2024,” ungkapnya.

BPS juga mencatat, dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin sebanyak 5,24 orang, maka Garis Kemiskinan per rumah tangga di Kaltim mencapai angka Rp 4.538.851 per bulan.

Data ini menggarisbawahi tantangan besar dalam pengentasan kemiskinan. Meskipun jumlah penduduk miskin berkurang, tingginya porsi pengeluaran untuk makanan menunjukkan bahwa kelompok masyarakat ini sangat rentan terhadap gejolak harga pangan.

Stabilitas harga kebutuhan pokok menjadi kunci utama untuk menjaga daya beli dan mencegah mereka kembali jatuh ke jurang kemiskinan. (*)