Foto: Antrian truk muat buah kelapa sawit di pabrik
TANJUNG REDEB- Pasca ditutupnya ekspor oleh pemerintah pusat April lalu, hingga kini masih menyisakan dampak yang tidak mengenakkan bagi petani sawit.
Walaupun sejak Mei 2022, keran ekspor sudah kembali dibuka. Adapun dampak yang dirasakan sekarang yakni, merosotnya harga sawit hingga di bawah 1000 perkilogram, akibat belum jelasnya pasar Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia di internasional.
Kondisi itu semakin di perparah setelah adanya pembatasan pembelian Tandan Buah Segar (TBS) oleh Pabrik Kelap Sawit (PKS) akhir Juni lalu.
Disampaikan salah satu suplayer TBS Akbar Patompo, saat ini telah dilakukan pembatasan pembelian sawit setiap harinya. Pembatasan itu karena tanki tempat penyimpanan minyak CPO di berbagai perusahaan sudah mulai penuh.
“Mayoritas pembatasan pabrik yang ada di Berau ini, karena mereka menunggu harga bagus untuk menjual CPOnya. Jadi ditampung lah CPO ini di tangki-tangki yang ada. Karena tangki ini mau penuh, dilakukanlah pembatasan,” jelasnya, Selasa (12/05/2022).
Rerata kata dia, dalam sehari dilakukan pembatasan setiap 1 SPK koperasi maksimal 15 sampai 20. Sementara TBS dari petani umum yang tidak melalui koperasi setiap harinya mencapai 500 ton. Hal ini kata dia, yang menimbulkan antrean di banyak perusahaan sawit. Termasuk perusahaan sawit tempatnya bekerja.
Dari beberapa kampung yang di dampinginya, banyak petani yang dengan terpaksa harus menjual ke Wahau, Kutai Timur. Karena, jika menjual di Berau, bisa sampai 3 hari mengantre akibat menunggu giliran membongkar sawit.
“Misalnya kita ada masuk 200 ton. Yang dibongkar hanya 20 ton. Sisanya, di bongkar lagi besok 20 ton begitu seterusnya. Dan ini kami belum tahu sampai kapan terjadi terus seperti ini,” katanya.
Dari masyarakat banyak berharap, perusahaan yang memiliki pabrik sawit dapat tetap menjual CPOnya. Meskipun harga CPO sekarang murah, petani sawit juga dikatakannya, tidak masalah dibeli buah kelapa sawitnya dengan harga murah.
“Asal buah ini jangan ditahan. Karena buah sawit ini harus rutin dipanen ketika waktunya tiba. Kalau busuk di pohon, itu akan merusak tanaman, karena berubah menjadi racun,” jelasnya.
Dirinya pun berharap, perusahaan sawit baik PT KLK Group, PT NPN, maupun perusahaan lainnya di wilayah Segah dan sekitarnya, dapat mengakomodir sawit-sawit milik masyarakat.
Dirinya juga berharap, pemerintah daerah mendorong berdirinya pabrik sawit baru di Kabupaten Berau, supaya menjadi solusi bagi persoalan yang dihadapi petani sawit sekarang.
“Kita juga berharap ada pabrik baru juga di sini, supaya jadi solusi,” pungkasnya. ()