BERAU TERKINI – Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Berau kini berupaya mengembalikan masa kejayaan pisang kepok lokal. Salah satu strateginya adalah dengan mendorong petani untuk mengadopsi metode budidaya modern, berkaca dari praktik sukses di negara seperti Thailand.

Langkah ini diambil untuk menghidupkan kembali potensi ekonomi dari komoditas pisang. Saat ini, sebagian petani lokal diketahui mulai beralih menanam jagung dan padi yang mendapat lebih banyak dukungan dari pemerintah pusat.

Kepala DTPHP Berau, Junaidi, menjelaskan bahwa salah satu kelemahan utama budidaya pisang di Berau adalah metodenya yang masih tradisional. Hal ini berdampak pada kualitas buah yang belum optimal.

“Pisang punya potensi keuntungan yang baik, hanya saja teknik budidaya kita di Berau masih tradisional,” jelas Junaidi.

Ia mencontohkan, di Thailand, satu pohon pisang sengaja hanya dibiarkan menghasilkan satu tandan untuk menjaga kualitas buah, berbeda dengan di Berau.

Manfaatkan Teknologi Kultur Jaringan

Untuk mendorong modernisasi ini, DTPHP akan mengarahkan pengembangan pisang menggunakan teknologi kultur jaringan. Metode ini merupakan inisiatif dari Kementerian Pertanian yang dinilai jauh lebih efisien.

Menurut Junaidi, kultur jaringan memungkinkan pengadaan bibit menjadi lebih cepat, kualitasnya seragam, dan yang terpenting, bebas dari penyakit.

“Ke depan, pengembangan pisang di Berau akan diarahkan menggunakan kultur jaringan. Dengan metode ini, bibit dapat diperoleh lebih cepat dan kualitasnya seragam,” ungkapnya.

Pemerintah Provinsi Kaltim sendiri telah menyalurkan sekitar 4.000 bibit pisang hasil kultur jaringan ke Berau dalam dua tahun terakhir. DTPHP Berau pun kembali mengajukan proposal agar terus mendapat alokasi bibit unggul tersebut.

Program ini diharapkan dapat menghidupkan kembali sentra-sentra budidaya pisang di Berau, seperti di Kampung Inaran dan Bena Baru.