JAKARTA – Pandemi mungkin telah surut, tapi virusnya belum benar-benar pergi. Diam-diam, varian baru Covid-19 kembali menyebar—kali ini dengan nama NB.1.8.1.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan peringatan global pada 28 Mei 2025. Dalam laporannya, WHO menyebut varian ini telah ditemukan di 22 negara, sebagian besar di kawasan Asia. 

Sebagian negara melaporkan puluhan kasus, sebagian lainnya ribuan. Tapi satu hal yang jelas: penyebarannya berlangsung senyap.

India menjadi salah satu negara yang kembali berada di garis api. Lebih dari 3.000 kasus aktif tercatat, tiga kali lipat dibanding pekan sebelumnya. 

Sebuah angka yang langsung memicu kekhawatiran, mengingat India pernah mencatat sejarah kelam: 400 ribu kasus dan 4.000 kematian per hari saat gelombang besar menghantam dua tahun silam.

Pemerintah India kini bergerak cepat. Rumah sakit diperkuat, laboratorium siaga, dan vaksinasi kembali digencarkan. Mereka tahu, jika lalai, sistem kesehatan yang pernah runtuh bisa kembali kolaps.

Sementara itu, Thailand juga melaporkan lonjakan, meski belum separah India. Negara-negara lain di Asia terus memantau perkembangan dengan cemas, sembari memperkuat surveilans dan distribusi logistik kesehatan.

Di luar Asia, Spanyol mencatat 39,4 kasus per 100.000 penduduk dalam sepekan terakhir. Namun otoritas kesehatan di sana belum menemukan kaitan langsung dengan varian NB.1.8.1.

WHO menekankan bahwa varian ini belum terbukti lebih mematikan dibanding strain sebelumnya. Tapi bukan berarti ia bisa diabaikan begitu saja.

“Data saat ini tidak menunjukkan bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian lain yang beredar,” tulis WHO.

Meski tampak tenang di permukaan, varian ini bergerak seperti bayangan: hadir tapi tak terlihat. Ia mengingatkan dunia bahwa euforia pascapandemi tak boleh membuat kita benar-benar lengah. Covid-19 belum tamat, ia hanya berganti wajah. (*)