Foto: Humas RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb, Erva Anggriana
TANJUNG REDEB,- Demam berdarah dengue (DBD) perlu mendapat perhatian serius masyarakat. Sebanyak 13 kasus ditemukan pada Januari 2022 menjangkiti pasien anak.
Humas RSUD dr Abdul Rivai, dr Erva Anggriana mengatakan, kenaikan kasus DBD ini patut menjadi perhatian serius. Hal ini mengingat Indonesia juga tengah dilanda pandemik COVID-19 sejak Maret 2020.
Karena sektor kesehatan saat ini sedang fokus penanganan Covid-19 menjadikan layanan kasus DBD berkurang. Oleh katena itu, masyarakat diminta mengantisipasi.
Sebelumnya ada program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) yang dilakukan secara rutin oleh puskesmas, kini karena tengah fokus penangan covid, program tersebut tidak bisa rutin lagi.
Hal ini mengakibatkan masyarakat tidak aware lagi untuk melakukan kebiasaan 3 M plus. 3 M yaitu melakukan tindakan menguras, menutup dan mengubur terhadap kemungkinan-kemungkinan yang menjadi sarang nyamuk berkembang biak.
Padahal itu menjadi kunci penting, mau tidak mau mestinya masyarakat tetap harus melakukan.
DBD menurut Rrva, setiap waktu selalu ada. Data DBD akan semakin tinggi terjadi pada awal-awal musim hujan dan akhir musim hujan. Terutama di akhir musim hujan dimana volume hujan tidak terlalu deras tetapi seringkali menimbulkan banyak genangan air di mana-mana.
Secara umum nyamuk Aedes Aegypti senang tinggal di air yang relatif jernih, utamanya di bak-bak mandi rumah. Karenanya sepanjang tahun nyamuk ini selalu ada sehingga penularannya juga sepanjang tahun, tetapi peningkatan paling tajam di awal dan akhir musim penghujan.
“Kita harus mewaspadai kemungkinan peningkatan DBD saat ini karena Indonesia saat ini mengalami musim hujan. Kondisi dari bulan Desember hingga sekarang masih selalu ada hujan dan ini sangat memungkinkan memunculkan banyak genangan air,” ujarnya.
Kondisi menjadi semakin sulit karena saat ini bersamaan dengan pandemi Covid-19. Karena baik DBD maupun covid sama-sama dicirikan dengan panas tinggi.
Untuk masyarakat yang penting lakukan 3M plus, yaitu menguras, menutup dan mengubur yang memungkinkan menjadi sarang nyamuk. Mengelola sampah dengan baik jangan sampai berserakan dan syukur pelihara ikan untuk membantu mengatasi jentik nyamuk.
Di Berau sekarang, kasus DBD cukup tinggi. Oktober tahun lalu ditemukan 1 kasus DBD terhadap anak,November ada 11, Desember ada 21 dan Januari tahun ini ada 13 kasus DBD pada anak.
“Ini baru 13 hari, sudah ditemukan 13 kasus,”sebutnya. (*)