TANJUNG REDEB – Pakaian manik warna-warni, hingga gamis bak pangeran arab melekat pada tubuh jemaah haji yang baru mendarat di Bumi Batiwakkal, pada Senin (23/6/2025) siang tadi.
Meski pesawat maskapai Sriwijaya Air sempat mengalami delay selama kurang dari satu jam, tak melunturkan semangat para jemaah untuk segera bertemu dengan keluarga.
Sebulan lebih berada di tanah suci, membuat para jemaah sudah rindu dengan sanak famili di Berau. Pun para penjemput jemaah, tak sabar juga bertemu dengan anggota keluarga mereka yang sudah menyempurnakan rukun Islam kelima.
Seperti yang dikenakan Karmila, jemaah asal Tanjung Redeb ini. Mengenakan pakaian jemaah haji khas Bugis, dirinya mengenakan jubah lengkap dengan tudung kepala berwarna hijau emas.
Pakaian yang ia beli senilai Rp500 ribu di Makkah itu, didapatkan di toko yang berjarak sekitar 100 meter dari hotel tempatnya menginap. Banyak temannya juga yang melakukan hal sama.
“Ramai-ramai memang beli itu, tidak mahal. Saya beli pakai rupiah,” kata Karmila kepada awak berauterkini.co.id, saat ditemui di kursi tunggu Bandara Kalimarau.
Pakaian itu ia kenakan saat berada di Embarkasi Haji Balikpapan. Sengaja disiapkan untuk menambah semarak lebaran haji pada tahun ini.
Ia tegas tak memiliki niat untuk menyombongkan diri. Namun, pakaian itu ia kenakan sebagai wujud melestarikan kebiasaan yang sudah dilakukan para jemaah haji dari tanah Bugis.
“Ini penghargaan untuk diri sendiri,” sebut dia.
Dia mengaku, menabung selama 13 tahun untuk bisa mengambil kesempatan untuk berangkat haji pada tahun ini. Menurutnya, ini menjadi rezeki yang tak terkira bagi dirinya. Sebab, banyak jemaah yang juga menabung tapi belum mendapatkan kesempatan berangkat pada tahun ini.
“Semoga saudara yang lain bisa berangkat tahun depan,” doa Karmila.

Senada, Hasnidar pun juga menyiapkan seragam yang cukup nyentrik. Jemaah haji dari Kampung Merancang Ulu ini, menyiapkan diri sedari jauh hari untuk agenda keberangkatan dan kepulangan dari tanah suci.
Pakaian yang ia gunakan, juga merupakan tradisi yang biasa dilaksanakan kebanyakan keluarganya dari tanah Bugis. Menurut dia, itu hal yang biasa. Sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri tanpa bermaksud sombong.
“Ini sudah biasa dalam tradisi keluarga,” kata dia.
Idar-sapaan dia, menyatakan telah berkomunikasi dengan keluarga yang menjemput dirinya jauh-jauh dari kampung. Dia mengatakan, keluarganya akan menggelar selamatan kecil-kecilan saja.
“Makanan khas tanah bugis saja, tergantung dari yang disiapkan keluarga,” kata dia.
Dirinya hanya berharap dapat menjadi haji yang mabrur. Keberkahan yang dapat dilimpahkan untuk keluarga setelah dirinya menjalani proses ibadah rukun islam kelima tersebut.
“Semoga teman-teman semua jadi haji mabrur,” tutup dia.
Sebagai informasi, saat ini para jemaah telah pulang ke rumah masing-masing dengan dijemput langsung oleh keluarga. Terpantau ratusan orang telah berkumpul sekira dua jam sebelum kedatangan jemaah dari tanah suci. (*)