BERAU TERKINI – Kabupaten Berau kedatangan tamu kehormatan dari Republik Seychelles.
Seychelles sejak 2017 telah membuka jalan bagi Kalimantan Timur, khususnya Berau, untuk melakukan kerja sama dalam program Blue Economy.
Sejak diresmikan sebagai kawasan pengembangan ekonomi biru pada 2020 oleh Gubernur Kaltim Isran Noor, hingga saat ini belum ada pola kerja sama dengan gelontoran investasi di kawasan wisata bahari di Berau.
Bupati Berau, Sri Juniarsih, mengatakan, untuk berhasil menerapkan program blue economy, pemerintah daerah memiliki pekerjaan rumah mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
Sri Juniarsih mengatakan, dengan kekayaan alam berupa sektor maritim hingga perkebunan, Berau harus memiliki SDM yang kreatif dan inovatif untuk mengelolanya.
“Kalau ini bisa dikelola oleh SDM kita, yang kita impor bukan produk mentah, namun produk jadi yang punya nilai jual tinggi,” kata Sri Juniarsih saat menyambut Utusan Langsung Presiden Republik Seychelles Patrick Herminie, Niko Barito, Jumat (31/10/2025).
Saat ini, dia menyebut hal itu menjadi kebutuhan yang paling mendesak sebelum program kerja sama dilakukan secara serius oleh Republik Seychelles. Sehingga, dibutuhkan peran serius semua pihak, mulai pemerintah daerah hingga pusat untuk menggodok pengembangan SDM di Berau.
Ke depan, Sri Juniarsih mencanangkan pembuatan komunitas pendidikan di sektor pariwisata untuk meningkatkan kemampuan SDM bagi warga yang berada kawasan pulau-pulau terluar.
Kemahiran berbahasa asing dan etika saat menyambut tamu mancanegara sudah harus dimiliki dan menjadi bekal tiap individu.
“Ini bukan pendidikan formal, namun bisa menggenjot kemahiran SDM kita untuk berbahasa asing. Semoga bisa dijadikan atensi,” harapnya.
Sri Juniarsih menyebut, pihaknya akan melakukan pengembangan Industri Kecil Menengah dan Usaha Kecil Menengah (IKM/UKM) yang bakal menjadi motor utama peningkatan ekonomi biru di Berau.
Tak tanggung-tanggung, pelaku usaha di Berau didorong untuk menjadi leading sector aktivitas ekspor komoditas unggulan, termasuk pengelolaan kekayaan alam di darat maupun laut.
“Ini juga menjadi tugas ke depan agar dapat diwujudkan bersama,” ujarnya.
Sementara itu, Niko Barito mengaku telah berulang kali datang ke Berau. Dirinya membenarkan kebutuhan Berau saat ini adalah pengembangan SDM.
Sebab, dari sisi kekayaan wisata bahari hingga budaya, Berau sudah sangat baik. Masyarakat pun aktif menjaga dan melestarikan budaya tersebut.
“Ayo kita buat (pendidikan kepariwisataan), kami sudah punya pengalaman di ITB,” bebernya.
Selain itu, dia menyebut, dibutuhkan kesadaran para investor untuk turut membangun kawasan secara konkret, tak hanya hotel maupun resort yang dapat dibangun.
Namun investor juga dapat membangun iklim ekonomi yang baik di tengah kawasan bisnis. Sehingga, ke depan kawasan yang telah dibangun tak menyisakan tempat kumuh yang dapat mengurangi keindahan pulau-pulau yang ada saat ini.
“Kita harus tinggalkan konsep berbisnis wisata seperti itu. Karena nilai keindahannya akan berkurang dan wisatawan sulit untuk datang,” tegasnya.
Sejatinya, kata dia, ekonomi biru merupakan pembangunan dengan menjaga konsep hijau dan kelestarian lingkungan di tengah upaya untuk meningkatkan nilai ekonomi daerah.
Sehingga, dibutuhkan kesadaran semua pihak untuk mematuhi peta jalan yang akan dibuat.
“Takutnya nanti kalau ada bangunan megah, ada warung tenda di sampingnya. Itu merusak keindahan yang masih dijaga, seperti di Pulau Maratua,” tuturnya. (*/Adv)


 
											 
							 
							 
							 
							