Foto: SMA 5 Berau usai mendapat dukungan program konservasi air dan daur ulang sampah plastik.

GUNUNG TABUR – SMA 5 Berau tengah berusaha meraih status sekolah Adiwiyata tingkat nasional. Sejumlah kegiatan telah berjalan dalam upaya tersebut. Dua di antaranya adalah program konservasi air dan daur ulang sampah plastik. Kedua program tersebut didukung PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) Jobsite Lati.  

“BUMA satu-satunya inspiring company yang peduli dan memberikan dukungan sebagai energi baru bagi kami menuju adiwiyata nasional,” tegas Kepala SMA 5 Berau, SuwitoWahyu W SPd MPd. Ia mengapresiasi dukungan BUMA. Menurutnya, adiwiyata tidak dapat dipikul sendirian. Sekolah harus berkolaborasi dengan pihak ketiga. 

Pernyataan tersebut disampaikan kepsek dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional. Selasa, 28 Februari 2023, peringatan di SMA 5 Berau ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding) pelestarian lingkungan antara sekolah dengan BUMA. 

“Kesepahaman ini merupakan momen meningkatkan kesadaran masyarakat dan sekolah mengenai pentingnya pengelolaan sampah. Terutama, sampah di lingkungan sekolah sekitar lingkar tambang BUMA Jobsite Lati,” jelas Bayu LuhTriono, Manager Safety Health Environment BUMA Lati.

Bayu mengatakan, BUMA Jobsite Lati merupakan perusahaan kontraktor batu bara di Kecamatan Gunung Tabur, Berau. Di lingkar tambang tersebut, BUMA bersama SMA 5 Berau turut serta dalam upaya menekan sampah plastik melalui 3R. Hal itu merupakan wujud kepedulian BUMA terhadap lingkungan di ring 1 Jobsite Lati. 

Kerja sama BUMA dengan SMA 5 Berau berupa meningkatkan keahlian siswa dalam mengelola dan mendaur ulang sampah plastik. Sampah tersebut diubah menjadi produk ecobrick. BUMA Lati juga ikut membangun rumah mesin pencacah plastik. 

“Perusahaan turut mendukung program konservasi air lewat penyediaan tandon IBC. Ini merupakan dukungan dari upaya sekolah meraih sekolah adiwiyata tingkat nasional. Sekaligus pula, rangkaian kegiatan Hari Peduli Sampah Nasional,” jelas Bayu.

Adapun pembangunan rumah mesin pencacah dan produksi ecobrick, merupakan inovasi pengelolaan sampah plastik. BUMA berharap, sekolah dapat memanfaatkan rumah mesin pencacah sebagai rumah produksi ecobrick. “Dengan demikian, produksi dan inovasi terus berkelanjutan sehingga menekan sampah plastik di lingkungan sekolah,” pesan Bayu.

Sebagai informasi, ecobrick adalah bata ramah lingkungan yang dibuat dari sampah plastik. Caranya dengan memadatkansampah plastik yang sukar diurai di dalam botol plastik. Botol berisi sampah plastik itu bisa menggantikan batu bata termasuk material untuk kursi, meja, lemari, dan berbagai olahan yang lain.

Pengelolaan sampah sangat penting di Berau. Volume sampah di kabupaten ini meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bujangga menerima 70 ton sampah per hari pada 2022. TPA tersebut sudah overkapasitassehingga memerlukan upaya untuk menekan volume sampah, terutama jenis plastik. 

Satu di antara penyumbang sampah plastik berupa kemasan adalah sekolah. Sampah ini berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi pelajar. Sampah plastik sebenarnya dapat didaur ulang lewat 3R atau reuse, recycle, dan reduce.

Apresiasi juga datang dari Juanita, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kaltim Wilayah VI yang hadir dalam penandatanganan  MoU. Ia mengajak seluruh pihak bersinergi. “Rasa terima kasih kami ucapkan kepada BUMA yang peduli terhadap dunia pendidikan khususnya di lingkar tambang Lati,” jelasnya. (*)