Foto: Pengusaha kuliner ayam geprek menjadi salahsatu sektor yang terdampak akibat kelangkaan minyak goreng.
TANJUNG REDEB,- Kelangkaan minyak goreng di Kabupaten Berau mulai berdampak pada pengusaha kuliner. Salah satu yang terdampak cukup parah akibat kelangkaan minyak goreng ini yakni penjual ayam geprek.
Jagoan Ayam Geprek yang ada di kawasan jalan H Isa II ini misalnya, akibat kelangkaan minyak goreng yang tak kunjung usai. Usaha yang dirintis oleh Rudi Isman dua tahun lalu kini diujung tanduk. Sebab, kemungkinan terburuk yang harus dialami yakni berhenti beroperasi.
“Ketika kita tidak dapat minyak goreng ya salah satu pilihannya usaha harus kita tutup. Bayangkan saja, yang kita jual ini ayam goreng yang memang butuh minyak dalam jumlah banyak,” ujarnya, Senin (14/03/2022) sore.
Rudi mengaku, berhenti beroperasinya usaha yang ia bangun ini tentu akan berdampak juga pada karyawan yang ia miliki. Mau tidak mau, mereka harus dirumahkan sampai nanti ketersediaan minyak goreng kembali tercukupi.
Sebagai pebisnis kuliner ayam goreng, minyak goreng memang menjadi komponen utama yang tak boleh kosong. Sehingga setiap harinya ia membutuhkan setidaknya 10 liter minyak goreng untuk mengolah 15 ekor ayam potong.
Dengan situasi yang seperti ini untuk memperoleh 10 liter cukup kesulitan, bahkan sebelum ada rencana penghentian operasional ia telah beberapa kali hanya beroperasi tak sampai 10 jam.
“Kita memang ada langganan biasanya, tapi sekarang juga mereka tidak bisa ngasih kami lebih dari dua liter. Jumlah segitu tidak akan cukup. Apalagi minyak goreng di tempat kami hanya untuk sekali pakai,”ucapnya.
Bukan hanya persoalan minyak goreng, kenaikan harga kebutuhan pokok di pasaran juga menjadi persoalan baru yang harus dihadapi. Cabai rawit misalnya, tingginya harga cabai rawit beberapa waktu terakhir juga menjadi momok tersendiri.
Terlebih cabai rawit menjadi komponen terpenting kedua setelah minyak goreng.
“Kita tidak mau memaksakan membeli bahan baku yang terlalu tinggi. Toh kalau memang terpaksa, kita harus siasati dengan mengurangi pengeluaran lain. Bukan dengan menaikan harga karena kami takut pelanggan lari,”katanya.
Ia berharap pihak terkait dapat segera menyelesaikan persoalan minyak goreng dan kenaikan kebutuhan pokok di pasaran. Ia khawatir jika terlalu berlarut-larut akan banyak warga yang kehilangan mata pencaharian, sementara akan menghadapi bulan suci ramadhan.
“Ekonomi warga akibat pandemi covid-19 belum sepenuhnya pulih, jangan sampai ini jadi persoalan baru lagi. Jadi sebaiknya segera dicari akar masalahnya agar semua berjalan normal kembali,”tutupnya.
Editor: Rengkuh