Foto: Wisata susur sungai Magrove Kampung Tembudan
TANJUNG REDEB,- Objek wisata mangrove Kampung Tembudan, Kecamatan Batu Putih satu-satunya di Berau yang menerapkan pariwisata berbasis low karbon.
Bahkan menjadi pilot project dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dari 5 objek wisata di Indonesia berbasis low karbon.
Terobosan ini diminta Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir menjadi contoh untuk ditiru pemilik objek wisata lain di Berau. Menurutnya, selain mangrove Tembudan, ada beberapa objek wisata lain yang juga memiliki potensi yang sama.
Seperti objek wisata mangrove di Kampung Teluk Semanting, Mangrove di Tanjung Batu, dan mangrove di Kampung Dumaring, Kecamatan Talisayan.
“Menjadikan objek wisata Berau berbasis low carbon, menjadi salah satu program Pemkab Berau. Apalagi, salah satu objek wisata mangrove Tembudan, juga sudah menerapkan low carbon, dan mendapat apresiasi yang bagus dari Menteri Parekraf,” katanya.
Memang sementara ini pengembangan wisata berbasis low carbon masih terfokus pada wisata mangrove saja. Namun kedepan, itu akan merambah ke lokasi wisata alam lainnya. Apakah wisata bahari, atau wisata alam buatan.
“Kemenparekraf juga sangat mendukung pengembangan wisata berbasis low carbon ini dan, Berau diimbau menjadikan destinasi pariwisata Berau berbasis low carbon,” jelasnya.
Memang untuk mewujudkan hal itu, tidak bisa dilakukan oleh Pemkab Berau saja. Perlu dukungan dari masyarakat, dan pelaku wisata lain yang bergerak di bidangnya. Namun kata dia, salah satu syarat penerapan wisata dengan menerapkan low carbon harus didukung dengan lingkungan yang bersih dari sampah. Khususnya plastik.
Untuk itu, dirinya juga berharap pengunjung maupun wisatawan yang datang berwisata di berbagai objek wisata Bumi Batiwakkal, untuk selalu menjaga sampahnya. Khususnya sampai plastik yang tidak mudah terurai.
“Kami selalu mengimbau untuk selalu menjaga kebersihan di tempat wisata. Karena salah satu syarat penurunan emisi karbon, itu ialah lingkungan yang bersih,” pungkasnya. (*)