TANJUNG REDEB,- Kabupaten Berau terus memperkuat upaya menurunkan angka stunting melalui sinergi lintas sektor.
Dalam diskusi stunting, Perwakilan BKKBN Kalimantan Timur, Sunarto, menegaskan pentingnya data yang akurat sebagai landasan intervensi bagi Keluarga Berisiko Stunting (KRS).
Hal ini menjadi krusial, mengingat tidak semua KRS tercakup dalam program makanan bergizi gratis, inisiatif nasional dari Presiden.
“Program makanan bergizi gratis ini sangat baik, tetapi banyak keluarga berisiko stunting yang tidak menjadi sasaran. Di sinilah pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota harus mengambil peran. Data mikro yang kami miliki, yang diperbarui setiap tahun, dapat menjadi acuan untuk memastikan intervensi tepat sasaran,” ujar Sunarto pada Berauterkini.co.id, Jumat (20/12/2024).
Sunarto juga menyebut tantangan utama dalam penanganan stunting adalah keterbatasan anggaran. Karena itu, BKKBN melakukan advokasi melalui CSR untuk mendukung program ini.
“Keluarga berisiko stunting, terutama dari kategori miskin dan sangat miskin, harus menjadi prioritas. Ini adalah persoalan kemiskinan yang perlu perhatian serius,” tutupnya.
Berdasarkan hasil pemetaan KRS di Kabupaten Berau, untuk semester 1 tahun 2024 kecamatan dengan KRS tertinggi adalah Tanjung Redeb, yang mencatat sebanyak 2.525 keluarga.
Diikuti oleh Sambaliung sebanyak 1.683 keluarga dan Segah dengan 1.031 keluarga.
Data juga menunjukkan bahwa keluarga berisiko stunting dengan tingkat kesejahteraan rendah (desil 1 dan desil 2) tertinggi berada di Segah sebanyak 243 keluarga, diikuti oleh Sambaliung 229 keluarga, dan Gunung Tabur 180 keluarga.
Rincian data Keluarga Berisiko Stunting (KRS) per kecamatan di Kabupaten Berau untuk semester 1 tahun 2024:
• Tanjung Redep: 2.525 keluarga (125 desil rendah)
• Sambaliung: 1.683 keluarga (229 desil rendah)
• Segah: 1.031 keluarga (243 desil rendah)
• Kelai: 435 keluarga (61 desil rendah)
• Talisayan: 437 keluarga (53 desil rendah)
• Gunung Tabur: 955 keluarga (180 desil rendah)
• Pulau Derawan: 651 keluarga (106 desil rendah)
• Biduk-Biduk: 338 keluarga (83 desil rendah)
• Teluk Bayur: 601 keluarga (38 desil rendah)
• Tabalar: 551 keluarga (174 desil rendah)
• Maratua: 495 keluarga (89 desil rendah)
• Batu Putih: 502 keluarga (64 desil rendah)
• Biatan: 264 keluarga (34 desil rendah)
Kepala DPPKB3A Berau, Rabiatul Islamiah, menambahkan bahwa data ini telah diserahkan kepada perusahaan untuk diintegrasikan dalam program bantuan.
Bersama ahli gizi dari Dinas Kesehatan, DPPKB3A memastikan bahwa makanan yang diberikan kepada anak-anak berisiko stunting dirancang dengan nutrisi seimbang.
“Kami tidak hanya memberikan bantuan, tetapi memastikan makanan yang diberikan benar-benar memenuhi kebutuhan gizi anak-anak. Ahli gizi memodifikasi jenis makanan agar sesuai untuk anak-anak berisiko stunting,” jelas Rabiatul.
Pemerintah Kabupaten Berau berharap, dengan kolaborasi lintas sektor yang konsisten, angka stunting dapat ditekan secara signifikan di masa mendatang.(*)