Foto: Anggota SKSD pamerkan torehan piagam yang mereka terima dibeberapa even.

TANJUNG REDEB – Prestasi Sanggar Kreasi Seni Daerah (SKSD) cukup moncer. Selain meraih banyak penghargaan di tingkat lokal, komunitas seni teater itu kerap mendapat pengakuan panggung di kelas Kalimantan Timur. Cukup membanggakan.

Segudang prestasi yang dimiliki SKSD rupanya belum mendapat perhatian pemerintah. Situasi itu pun jadi keluhan pengurus. Seperti yang diutarakan Ridwansyah, selaku penasehat.

Ia menyebut, SKSD bak anak tiri. Sebab, tak pernah dapat dukungan, baik secara materil maupun moral. Bahkan, dirinya mengaku, sudah sering masukkan proposal. Namun acaap kali hanya jadi hiasan di meja pejabat.

“Padahal setiap manggung, kami selalu bawa nama Berau. Itu yang buat kami kecewa. Kami dianaktirikan,” ujar Acid, begitu ia disapa.

Kala bertamu ke ruangan pejabat dengan tujuan mengantar proposal, dia kerap mendapat kabar kurang baik. Seperti tidak adanya anggaran yang di pos pada dinas terkait.

Padahal anggaran itu hendak digunakan untuk membiayai pemain teater yang bakal berlaga di Samarinda, pada awal 2023 lalu. Pada ajang itu, mereka mendapat juara harapan II. Jelas pada ajang itu nama Berau dicatut sebagai daerah asal para pelaku seni peran tersebut.

“Kalau SKSD sudah cukup terkenal di luar. Namun di rumah sendiri, kami tidak dianggap,” beber dia.

Komunitas Teater SKSD dibawah asuhan Odang Darmansyah yang berdiri medio 2006 lalu, hingga kini masih  mandiri dalam memenuhi kebutuhan pentas.

Acid menyatakan, kemandirian itu terlihat dari persiapan kala hendak melakukan pementasan. Seperti dari kebutuhan properti  yang berasal dari dana mandiri komunitas.

Dahulu, ia bersama kawan-kawan komunitas lainnya sempat beri usulan pembangunan gedung teater sebagai sarana latihan. Atau bisa menggunakan sarana yang tersedia. Sayang hingga kini usulan itu belum terealisasi tanpa alasan yang jelas.

“Kami dengar, akan manfaatkan lahan di belakang perpustakaan, tapi hingga kini belum ada,” tambahnya.

Ke depan komunitas teater lokal ini bakal kembali mentas. Ada dua panggung yang bakal diisi. Pertama di SMA Negeri 2 Berau. Kemudian mentas di Bulungan, Kalimantan Utara.

Dua pentas itu yang diharap Acid mendapatkan bantuan pemerintah. Baik dari sisi perhatian pemerintah, berupa pemberian sarana latihan. Maupun bekal bakal hidup di kampung orang saat mentas.

“Kan anggaran Berau ini cukup besar. Bisa lah kami ini dibantu,” tambahnya.

Ia memahami, di Berau ada salah satu organisasi seni besutan pemerintah yaitu Dewan Kesenian Daerah alias DKD. Keberadaan DKD dianggap menjadi batu loncatan agar aspirasi ini dapat didengar. Sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam membangun kesenian di Bumi Batiwakkal.

“Ya harapan kami, DKD bisa membantu,” tuturnya.

Terpisah, Ketua DKD Berau, Aan Wibowo, mengaku terkejut dengan hal tersebut, ia mengaku baru saja bertemua dengan SKSD guna duduk bersama membahas polemik yang melilit teman-teman kesenian teater tersebut.

“Iya benar, saya baru bertemu semalam (kemarin, red). Dan mereka sudah menceritakan permasalahannya,” katanya.

Aan mengatakan, bahwa SKSD mengaku ingin menjadi anak asuh DKD Berau. Hal tersebut disambut baik olehnya.

Ia mengaku, akan berupaya membantu SKSD melalui DKD Berau. Guna mendapatkan bantuan anggaran dari Pemkab Berau, maupun instansi terkait.

“Saya apresiasi apa yang mereka peroleh saat ini. Dan ke depannya, saya akan berupaya membantu mereka. karena mereka sudah menjadi keluarga besar DKD Berau,” paparnya.

Aan mengatakan, cukup miris mendengar informasi tersebut. Diakuinya, DKD Berau, bukan instansi pemerintah yang mendapatkan kucuran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Berau. Namun, ke depan akan dirumuskan bersama dan mencari jalan terbaik, guna permasalahan ini.

“Seni teater, apalagi SKSD sudah cukup terkenal. Jangan sampai, karena permasalahan ini, mereka hilang, tujuan mereka jelas, mengharumkan nama Berau,” tutupnya. (*)

Reporter: Sulaiman