SAMARINDA – Surutnya air Sungai Mahakam dalam beberapa waktu terakhir telah memicu krisis distribusi yang serius di wilayah hulu sungai.
Akibatnya, harga beras di sejumlah desa di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) meroket secara tidak terkendali hingga menembus Rp 1,2 juta per 20 kilogram.
Kondisi ini melumpuhkan akses logistik ke tiga desa yang paling terdampak, yaitu Desa Long Apari, Noha Tivab, dan Noha Silat. Bagi masyarakat di sana, Sungai Mahakam adalah jalur nadi utama untuk pasokan kebutuhan pokok.
Menanggapi krisis tersebut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) bergerak cepat menyiapkan langkah-langkah darurat. Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, pada Senin (28/7/2025) menegaskan bahwa bantuan sedang dalam proses persiapan.
“Ini bentuk kepedulian kita terhadap warga yang terdampak. Semoga bantuan bisa segera sampai,” ujar Seno.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (DPPKUKM) Kaltim, Heni Purwaningsih, menjelaskan, selain penyaluran cadangan pangan pemerintah, pihaknya juga merancang solusi jangka menengah untuk menstabilkan harga.
“Untuk mengatasi kondisi ini, salah satunya kita akan laksanakan operasi pasar yang dijadwalkan mulai akhir Agustus hingga September,” jelasnya.
Tantangan terbesar saat ini adalah pengiriman bantuan itu sendiri. Dengan jalur sungai yang sulit dilayari, pemerintah mempertimbangkan semua opsi darurat. Proses pendistribusian bahkan akan melibatkan BPBD dan Basarnas.
“Untuk pendistribusian ini akan kami pertimbangkan semua opsi, termasuk penggunaan helikopter atau pesawat kecil,” jelas Heni. (*)