TANJUNG REDEB – Cerita Dea, merintis cafe cake Sugar Bites di Tanjung Redeb, berawal dari dapur rumahan sederhana.
Di sudut kota Tanjung Redeb, Berau yang mulai akrab dengan geliat coffee shop lokal, sebuah cafe mungil bernama Sugar Bites mencuri perhatian.
Dari segi ukuran, cafe ini bisa dibilang berukuran cukup kecil dan tidak berada di pinggir jalan. Selain itu, desain pada cafenya juga tidak mencolok.

Namun, karena aroma manis yang menguar begitu menggoda di setiap varian rasa dari cheesecake nya, membuat para pelanggan gemar untuk balik lagi ke tempat mungil tersebut. Ada sesuatu yang istimewa dari tempat ini, rasa yang lahir dari cerita, dan cerita yang lahir dari cinta. Semuanya berawal dari satu hal sederhana: cheesecake.
Dari Dapur Rumah ke Dapur Impian
Dea, pemilik Sugar Bites, bukanlah lulusan sekolah kuliner ternama. Ia hanyalah seorang pecinta cheesecake sejati.
“Jadi awalnya saya punya usaha Sugar Bites ini karena saya suka banget cheesecake. Rasanya yang creamy tapi nggak bikin enek, manisnya pas, dan teksturnya yang lembut, itu comfort food banget buat saya. Akhirnya saya mencoba untuk membuat cheesecake dari hasil resep di salah satu blog, dan ternyata resepnya cocok di lidah saya,” jelas Dea saat ditemui Berauterkini.co.id, di Cafe Sugar Bites, Selasa (12/8/2025).

Cinta itu tidak hanya berhenti di lidah. Dea mulai bereksperimen di dapurnya sendiri, mencoba berbagai resep cheesecake dari klasik New York Style hingga versi Jepang yang lebih ringan. Dari situ, lahir resep versinya sendiri, signature cheesecake dan burnt cheesecake yang akhirnya jadi menu andalan Sugar Bites.
Awalnya, Dea hanya iseng membuka open order lewat media sosialnya, dan menawarkan jualan cheesecake nya ke beberapa teman-temannya dan rekan kerja suaminya.
Ia tidak pernah menyangka, semua orang yang pernah menyicipi cheesecake buatannya sangat suka dan akhirnya kembali membeli secara terus-menerus. Hal ini tentu membuka jalan ke babak baru dalam hidupnya.
“Waktu itu cuma niat buat teman-teman dekat. Aku tawarin ke mereka, tapi ternyata banyak yang pesan, dan mereka balik lagi, ngajak teman-temannya juga buat beli cheesecake buatanku, jadi usahaku ini memang dari mulut ke mulut,” kata dia.
Laku Keras, Lahir Sebuah Mimpi Baru
Dalam hitungan minggu, open order Dea ludes. Ia kewalahan, tapi juga terpacu. Ia tahu, ini bukan sekadar tren sesaat, tapi ini adalah peluang.
“Setiap kali saya kirim cheesecake ke pelanggan, saya selalu selipkan catatan tangan. Saya mau mereka tahu, ini bukan cuma kue. Ini bagian dari mimpi saya,” katanya sambil menata satu loyang cheesecake ke dalam etalase pendingin.
Dukungan pelanggan dan permintaan yang terus naik membuat Dea mengambil keputusan besar: membuka café kecil miliknya sendiri setelah 10 tahun menjadi pengusaha cheesecake yang hanya melalui pesanan online atau open order (PO). Maka lahirlah Sugar Bites, nama yang menggambarkan apa yang ingin ia bagi, manisnya hidup, satu gigitan demi satu gigitan.

“Setelah 10 tahun saya membuka usaha Sugar Bites yang awalnya cuma pesanan online saja, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka cafe ini. Hal besar ini juga berkat dukungan dari suami saya, dan memang saya juga punya impian untuk bisa membuka cafe, alhamdulillah bisa tercapai,” imbuhnya.
Sugar Bites: Lebih dari Sekadar Cake Shop
Kini, Sugar Bites bukan hanya tempat untuk menikmati cheesecake. Ia menjadi ruang hangat di mana pengunjung bisa berbagi cerita, bekerja, atau sekadar rehat dari rutinitas. Interior cafe nya dibuat sederhana tapi hangat, dengan aroma vanila dan kopi yang menyambut setiap langkah kaki.
Menu di Sugar Bites juga berkembang, tapi cheesecake tetap jadi bintang utamanya. Ada Classic Burnt Cheesecake, Strawberry Crumble, hingga varian musiman seperti Matcha White Chocolate Cheesecake. Tapi semuanya punya benang merah: kualitas bahan yang terbaik, dan sentuhan personal Dea yang tidak pernah hilang.

“Kadang kalau di Berau sedang musim buahnya bagus, aku juga suka buat cheesecake dengan varian rasa buah, jadi menu yang aku sajikan ke pelanggan cafe ku ini bisa berubah-ubah. Itu yang membuat pelanggan tentunya menjadi penasaran dan ingin balik lagi kesini,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dea mengatakan bahwa ke depannya Sugar Bites juga akan memperbanyak menu untuk makanan asin. Misalnya seperti spaghetti, makaroni skutel, hingga berbagai pasta.
Tak hanya itu, ia bilang ke depannya juga akan mengembangkan berbagai jenis minuman kopi, seperti kopi susu pandan, butter scoth latte, matcha kopi dan lain sebagainya ,”Rencananya kami mau beli mesin kopi juga, jadi nanti di cafe kami banyak varian menu kopinya ya, kalau sekarang kan masih di kopi susu biasa saja,” terangnya.
Dari Cinta Menjadi Cerita
Apa yang membuat Sugar Bites istimewa bukan hanya rasanya, tapi kisah di baliknya. Dea membangun bisnis ini dari nol, dengan penuh rasa dan keyakinan. Tidak ada investor besar, tidak ada strategi bisnis yang rumit, hanya oven mungil di dapur rumah dan cinta yang besar terhadap cheesecake.
Terlebih, ia mengungkapkan saat awal berdirinya Sugar Bites di tahun 2015, sangat penuh tantangan untuk membeli bahan-bahan cheesecake tersebut, karena harus dikirim dari Jakarta atau Balikpapan sehingga menguras kantong akibat ongkos kirimnya yang cukup mahal. Pasalnya, di tahun tersebut, Berau belum tersedia toko-toko besar yang menjual berbagai jenis bahan untuk membuat kue.

Kini, Sugar Bites adalah bukti bahwa mimpi bisa dimulai dari hal yang paling sederhana. Dari satu loyang cheesecake, dari satu postingan Instagram, dari satu cinta yang tulus pada rasa.
Dea juga mengatakan bahwa ke depannya, Sugar Bites akan lebih diliuaskan dengan memanfaatkan lahan indoor. Dengan begitu, para pelanggannya tidak perlu mengantre untuk merasakan menu cheesecake andalannya.
Jika kamu lewat dan melihat tembok dari cafe kecil bertuliskan Sugar Bites, mampirlah. Di sana, mungkin kamu akan menemukan lebih dari sekadar makanan penutup. Kamu bisa menemukan potongan kecil mimpi, yang terasa manis di hati seperti di lidah.