TANJUNG REDEB, – RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb akhirnya menurunkan tarif pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) setelah beberapa waktu sebelumnya mengaku berat. Kini harga yang diterapkan pun berada dibawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah pusat belum lama ini. Tarif ini lebih murah dibandingkan yang ditetapkan klinik swasta.
Direktur RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb, Nurmin Baso mengatakan, diturunkannya harga PCR di rumah sakit itu adalah arahan dari Wakil Bupati Berau, Gamalis.
“Ini arahan dari pak Wabup. Karena, ini untuk melayani masyarakat,” ungkapnya.
Dikatakannya, harga itu juga disepakati sudah melalui berbagai pertimbangan. Mulai dari bahan baku dan lain-lain.
“Kan ada subsidi dari Pemkab,” terangnya.
Dikatakan, subsidi dari Pemkab bukan berupa uang. Melainkan, ketersediaan Reagen.
“Dalam sekali beroperasi, alat itu memeriksa 36 sampel. Kalau pasien yang diperiksa itu tidak sampai 36, Reagennya harus tetap 35 buah. Sehingga terlalu banyak yang terbuang,” sebutnya.
Penurunan harga ini juga, kata dia, diharapkan mampu membuat reagen yang terbuang percuma itu bisa dimanfaatkan. “Kalau biasanya kami periksa 15 sampel, semoga saja dengan turunnya harga ini bisa jadi 30 sampel. Jadi yang terbuang hanya 6 saja,” sebutnya.
Tidak hanya PCR, harga antigen pun di rumah sakit hanya sebesar Rp 90.000. Itu pun turun jauh dari harga lama. Yang diperkirakan Rp 125.000 per satu kali periksa.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi, langkah itu diambil sebagai salah satu wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Apalagi, rumah sakit saat ini diduga memiliki stok Reagen yang cukup banyak.
” Mungkin menurut rumah sakit, stok mereka melimpah, jadi tidak ada salahnya kalau harga itu diturunkan. Apa lagi, sekarang PCR tidak terlalu menjadi syarat penerbangan. Dari pada ekspired mungkin,” ungkapnya.
Dikatakannya, dari informasi yang didapatnya tidak hanya rumah sakit yang menurunkan tarif pemeriksaan PCR. Klinik swasta di Berau juga ada yang menjual jasa PCR dibawah Rp 300 ribu.
“Tapi ini belum pasti. Saya belum dapat laporan resminya,” tandasnya.(*)
Editor: RJ Palupi