Reporter : Redaksi
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB,-Kabupaten Berau adalah salah satu kabupaten yang masuk dalam wilayah provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten ini memiliki luas wilayah yang cukup besar yaitu hampir 35.000 kilometer persegi dengan kombinasi daratan seluas sekitar 22.000 kilometer persegi dan lautan dengan luas kira-kira 12.000 kilometer persegi.

Kabupaten yang unik ini memiliki 52 pulau dengan ukuran besar maupun kecil. Daftar wilayah administrasi di kabupaten ini adalah 13 Kecamatan, 10 Kelurahan dan juga 100 Desa. Pada tahun 2023, Kabupaten Berau tercatat memiliki penduduk dengan jumlah 285.293 jiwa.

Walaupun sekarang berstatus sebagai sebuah kabupaten, namun Berau memiliki sejarah panjang yang patut untuk diketahui dan dipelajari. Wilayah yang sekarang adalah Kabupaten Berau dulunya adalah sebuah kerajaan yang makmur dan berjaya sebelum masa penjajahan kolonial Belanda. Berikut sejarah Berau yang panjang dan mengagumkan.

Asal Muasal

Kerajaan Berau didirikan sekitar tahun 1377, dan manusia pertama yang menjabat sebagai Raja Pertama Berau adalah Baddit Dipattung yang waktu itu memiliki gelar resmi Aji Raden Surya Nata Kesuma. Raja Berau ini memiliki istri yang bernama Baddit Kurindan dan memiliki gelar resmi kerajaan yaitu Aji Permaisuri.

Munculnya Kerajaan Berau adalah upaya penyatuan berbagai Banua atau suku yang terdapat di wilayah Berau kala itu yaitu Banua Merancang, Banua Pantai, Banua Rantau Sewakung, Banua Rantau Buyut dan Banua Kuran. Berkat kecakapan dan kebijaksanaan Baddit Dipattung, berbagai Banua ini sepakat untuk bersatu dan membentuk Kerajaan Berau.

Seperti layaknya mayoritas kerajaan yang pernah berdiri di Indonesia, pada awalnya Kerajaan Berau ini memiliki corak Hindu-Buddha. Corak ini dipertahankan dengan cukup lama yaitu dari tahun berdiri pada 1377 sampai tahun 1676, hampir 300 tahun lamanya. Raja terakhir yang memerintah Kerajaan Berau dalam corak Hindu-Buddha adalah Raja Aji Kuning I.

Keraton Sambaliung
Keraton Sambaliung.

Masuknya Islam

Perlahan-lahan, Islam mulai masuk dan menjalar ke seluruh wilayah Nusantara, tidak terkecuali Kerajaan Berau. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Hassanuddin yang memerintah pada tahun 1679 sampai 1700, Kerajaan Berau resmi berubah menjadi Kesultanan Berau sehingga pemimpin tertinggi tidak lagi disebut Raja, melainkan Sultan.

Kemudian pada abad ke-17, Belanda yang sedang gencar dalam usaha menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara mulai masuk juga ke Berau. Di sana, Belanda berusaha untuk menancapkan pengaruh dan ingin menguasai aspek perdagangan di seluruh wilayah Berau dan juga Kutai. Namun Sultan Muhammad Hassanuddin berhasil menghalau Belanda kala itu.

KERATON GUNTA
Keraton Gunung Tabur

Kesultanan Berau Pecah Menjadi Dua

Upaya mengusir Belanda tidak berhasil secara permanen, karena pada abad setelahnya, Belanda datang kembali dengan taktik yang lebih matang yaitu taktik adu domba. Dengan kedok sebagai pedagang, Belanda berhasil menggunakan taktik adu domba mereka yang mengakibatkan Kesultanan Berau pecah menjadi dua yaitu Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur. Pecahnya Kesultanan Berau ini terjadi pada tahun 1810-an.

Kesultanan Sambaliung kemudian diperintah oleh Raja Alam yang merupakan cucu dari Sultan Muhammad Hassanuddin yang dulu pernah mengusir Belanda. Sedangkan Kesultanan Gunung Tabur kemudian diperintah oleh Aji Kuning II atau juga dikenal dengan Gazi Mahyudin.

Setelah perpecahan ini, Kesultanan Berau tidak pernah bisa bersatu lagi sampai masuknya era modern sehingga konsep kerajaan atau kesultanan tidak lagi digunakan di kebanyakan wilayah Indonesia. Berikut daftar Raja-raja Berau dari masa ke masa sampai pada pecahnya kesultanan ini menjadi dua bagian pada sekitar 1810-an:

  • Aji Raden Suryanata Kesuma (1377-1401)
  • Aji Nikullan (1401-1426)
  • Aji Nikutak (1426-1451)
  • Aji Nigindang (1451-1470)
  • Aji Panjang Ruma (1470-1495)
  • Aji Tumanggung Barani (1495-1524)
  • Aji Sura Raja (1524-1550)
  • Aji Surya Balindung (1550-1576)
  • Aji Dilaya (1576-1600)
  • Aji Pangeran Tua (1600-1624)
  • Aji Pangeran Dipati (1624-1650)
  • Aji Kuning I (1650-1676)
  • Sultan Muhammad Hassanuddin (1679-1700)
  • Sultan Zainal Abidin I (1700-1740)
  • Sultan Muhammad Badaruddin (1740-1760)
  • Sultan Maulana Muhammad Salehuddin (1760-1777)
  • Sultan Amiril Mu’minin (1777-1800)
  • Sultan Zainal Abidin II (1800-1810)
22. daftar Raja raja Berau dari masa ke masa.2
Sultan Khalifatullah Jalaluddin aka Sultan Ahmad Maulana, 1921 – 1951

Kabupaten Berau

Sejarah Berau kemudian berlanjut setelah pecahnya kesultanan ini menjadi dua kesultanan terpisah. Setelah Indonesia merdeka, daerah Berau menjadi Daerah Istimewa Berau dengan Sultan Muhammad Amminuddin sebagai pemimpinnya. Beliau memerintah Daerah Istimewa Berau sampai dikeluarkannya Undang-undang Darurat pada tahun 1953 yang mengubah status Berau dari Daerah Istimewa menjadi Kabupaten Berau.

Setelah Undang-undang Darurat, Undang-undang No.27 tahun 1959 kemudian terbit sebagai undang-undang resmi yang membuat status Berau sebagai Kabupaten Berau di mata negara. Tanggal diterbitkannya undang-undang ini kemudian dijadikan sebagai hari ulang tahun Kabupaten Berau. Tanjung Redeb ditetapkan sebagai Ibu kota dan Sultan Aji Raden Muhammad Ayub kemudian ditetapkan sebagai Bupati Kabupaten Berau yang pertama.

Berikut daftar Bupati Berau yang pernah dan sedang menjabat sebagai pemimpin tertinggi Kabupaten Berau:

  • Aji Raden Muhammad Ayub (1960-1964)
  • Yunuzal Yunus (1964-1966)
  • Letkol Jayadi (1966-1973)
  • H. Masdar John, B.A. (1973-1980)
  • H. M. Armyns (1980-1990)
  • H. Arifin Saidi (1990-1995)
  • H. Masdjuni (1995-2005)
  • H. Makmur HAPK, M.M. (2005-2010)
  • Pj H. Syarifuddin, M.Si. (2015-2016)
  • Muharram, S.Pd., M.M. (2016-2020)
  • Pjs H. Muhammad Ramadhan, M.M.T.(2020-2021)
  • Agus Tantomo, S.Tek., M.Bus., Drs.(2021-2021)
  • Sri Juniarsih Mas, M.Pd (2021-saat ini)
bupati berau
Sri Juniarsih, Bupati Beau ke 13 yang kini masih menjabat.

Tempat Wisata

Selain kaya akan sejarah, Kabupaten Berau juga memiliki begitu banyak tempat wisata menarik yang patut Anda kunjungi baik sendiri maupun bersama teman dan keluarga. Jika Anda penasaran dengan sejarah Kabupaten Berau ini, maka tempat pertama yang perlu Anda kunjungi adalah bekas istana Kesultanan Gunung Tabur yang terletak di kecamatan dengan nama yang sama.

Selain itu, Anda juga bisa berkunjung ke Keraton Kesultanan Sambaliung yang terdapat di kecamatan dengan nama sama. Selain mengunjungi istana kedua kesultanan tersebut, Anda juga bisa berkunjung ke makam para Raja yang dulu pernah memerintah Kesultanan Gunung Tabur. Untuk museum, terdapat Musem Batiwakal dan Museum Siraja.

Seperti dijelaskan sebelumnya, Kabupaten Berau memiliki wilayah pulau dan laut yang luas, sehingga Anda tidak boleh melewatkan ini ketika berkunjung. Anda bisa mengunjungi Kepulauan Derawan, Danau Ubur-Ubur di Pulau Kakaban, dan Labuan Cermin di Kecamatan Biduk-Biduk.

Anda juga bisa menikmati wahana air yang terdapat di Kecamatan Berau yaitu tempat pemandian air panas di Kecamatan Biatan untuk melepas lelah setelah jalan-jalan, atau Sentosa Park yang adalah taman air atau biasa disebut Waterboom yang terbesar di seluruh Kalimantan Timur.

Itu dia sejarah Berau mulai dari bersatunya suku-suku atau banua-banua yang berbeda menjadi Kerajaan Berau bercorak Hindu-Buddha berkat kecakapan Baddit Dipattung yang kemudian menjadi raja pertama dengan gelar Aji Raden Suryanata Kesuma, masuknya Islam, pecahnya kesultanan menjadi dua, sampai resminya perubahan status menjadi Kabupaten Dati II.