TANJUNG REDEB – Di bawah mentari pagi Kampung Gurimbang, Kecamatan Sambaliung, seorang pria paruh baya berdiri tenang memandangi hamparan sawah yang menghijau.

Namanya Suyatno. Dia adalah petani sekaligus Ketua Kelompok Tani Tritunggal yang menaungi 30 petani lainnya.

Lewat sawah seluas satu hektare itu, ia tak hanya menanam padi, tapi juga harapan bagi istri dan dua anaknya.

“Saya pilih bertani karena itu kebutuhan pokok. Enggak ada habisnya. Selalu dibutuhkan orang,” ujarnya sambil membersihkan lumpur dari telapak tangannya.

Namun, menjadi petani tak pernah semudah membalik tanah. Suyatno harus bergulat dengan banyak hal. Mulai dari cuaca tak menentu, serangan hama, dan terutama, sulitnya menjual hasil panen.

Dulu, beras yang ia hasilkan hanya dibeli warga sekitar. Itu pun dalam jumlah kecil dan dengan harga yang jauh dari layak.

“Paling orang kampung ambil 10 kilogram, kadang enggak laku juga. Harga enggak jelas, harus saingan sama beras dari luar,” ungkapnya.

Situasi itu mulai berubah sejak 2021, ketika PT Berau Coal meluncurkan Program Pengembangan Persawahan di Gurimbang.

Program ini dirancang untuk mendukung petani dari hulu hingga hilir. Mulai dari penyediaan benih, bantuan alat pertanian seperti pompa air, hingga pendampingan pemasaran.

Tak hanya itu, Berau Coal juga menggandeng Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) Tasuk untuk mengelola, menyortir, mengemas, dan memasarkan hasil panen para petani.

“Sekarang kami enggak bingung mau jual ke mana. Semua ditampung dan dihargai layak. Ada kepastian,” kata Suyatno.

Dari yang semula hanya bisa panen sekali setahun, kini sawah miliknya bisa menghasilkan dua kali. Total sekitar enam ton padi berhasil ia kumpulkan dalam setahun.

Perubahan itu tidak hanya berdampak pada dapurnya, tapi juga pada ekonomi warga sekitar.

Setiap musim tanam dan panen, Suyatno melibatkan 8–10 orang tetangganya untuk bekerja bersama di sawah.

“Dulu cuma panen sekali, sekarang dua kali. Ada hasil, ada perputaran. Bisa bayar orang kerja juga,” ucapnya bangga.

Bagi Suyatno, program ini bukan sekadar bantuan. Melainkan jalan pembuka untuk kehidupan yang lebih baik. 

Tak heran jika kini ia menjadi motor penggerak di kelompoknya, aktif mendorong para anggota untuk ikut memanfaatkan program yang ada.

“Alhamdulillah, kami sangat terbantu. Harapannya program ini terus berjalan, karena kami petani kecil butuh pendampingan seperti ini. Terima kasih kepada PT Berau Coal atas perhatian dan pembinaannya,” terangnya.

Di Gurimbang, cerita tentang padi dan petani kini tak lagi terdengar getir. Di balik setiap butir beras, tersimpan kisah kerja keras, kolaborasi, dan masa depan yang mulai terlihat lebih cerah. (*/Adv)