Reporter : ⁠Dini Diva Aprilia
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB,- Siapa sangka, niat awal mengikuti program beasiswa yang sekadar untuk mendukung pendidikan justru membuka jalan bagi Hamka Jamal meraih sukses di dunia bisnis. Bermula dari menulis esai beasiswa, kini Hamka berhasil menjadi salah satu pebisnis inspiratif.

Perjalanan Hamka dimulai saat dirinya berkeinginan melanjutkan studi melalui jalur beasiswa. Dalam persyaratan beasiswa tersebut, ia diminta untuk mengisi esai tentang ambisi dan kontribusinya di masa depan.

Dengan penuh semangat, Hamka menuliskan visi besarnya untuk mengembangkan bisnis di bidang pertanian, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan petani lada di tanah air.

“Dari situlah muncul dorongan kuat untuk tidak menjadikan esai itu sekadar persyaratan administratif, tetapi juga mewujudkannya sebagai langkah nyata yang memberikan dampak positif,” ujar Hamka saat diwawancarai.

Mewujudkan Visi Lewat Produk Berbasis Lada

Kondisi saat itu, harga lada mengalami penurunan yang cukup signifikan, menyebabkan banyak petani lada beralih ke komoditas lain. Melihat fenomena ini, Hamka terpanggil untuk membantu petani lada dengan menciptakan produk berbasis lada yang memiliki nilai tambah.

Harapannya, produk ini bisa memotivasi para petani untuk kembali optimis terhadap potensi lada sebagai sumber penghasilan utama, tanpa harus meninggalkan komoditas tradisional tersebut.

WhatsApp Image 2024 11 08 at 06.34.47

Pada 15 Juli 2021, Hamka mulai merancang produk berbahan dasar lada yang awalnya diberi nama “Sahang”, sesuai dengan istilah lada dalam bahasa Kalimantan. Namun, saat mengajukan nama tersebut, ia menerima masukan bahwa nama “Sahang” terlalu umum dan kurang menarik di pasar.

Setelah berpikir ulang, Hamka terinspirasi untuk mengubah nama tersebut menjadi “Sahangeo,” yang terdengar mirip dengan kata “Saranghaeyo” dalam bahasa Korea, yang berarti “I love you.”

“Nama ini membawa sentuhan unik dan modern yang dapat menarik perhatian konsumen serta menyampaikan rasa cinta terhadap produk lada lokal,” jelasnya.

Sukses dengan Modal Terbatas

Berkat kegigihannya, bisnis yang ia dirikan perlahan mulai mendapatkan pengakuan di masyarakat. Langkah ini menjadi wujud nyata dari impian dan visi yang telah Hamka tuangkan dalam esai beasiswanya. Kini, Sahangeo tidak hanya berperan sebagai sarana untuk membantu petani lada meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga menjadi upaya memperkenalkan produk lokal berkualitas kepada masyarakat luas.

Mengandalkan modal awal Rp 4 juta, pemuda asal Kampung Tumbit Sari, Kecamatan Sambaliung ini kini bisa meraih omset hingga belasan juta rupiah. Selain produk lada, Hamka juga terinspirasi dari pengalamannya bekerja sebagai pengawas tambang, menggabungkan budaya lokal dan tren populer untuk membuat produk inovatif, yaitu keripik pisang batu bara. Nama produk ini ia pilih dengan mempertimbangkan potensi Kabupaten Berau yang dikelilingi oleh tambang.

WhatsApp Image 2024 11 08 at 06.38.07

Membangun Bisnis dengan Dasar yang Kuat

Hamka menjelaskan, untuk mencapai kesuksesan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun bisnis, seperti: ide bisnis yang jelas dan unik, rencana bisnis (business plan), studi kelayakan dan riset pasar, modal usaha, strategi pemasaran, dan branding.

Selain itu, tim dan sumber daya manusia (SDM), manajemen keuangan, jaringan dan kemitraan, serta strategi pengembangan jangka panjang juga merupakan elemen penting.

Untuk produk bumbu dapur berbahan dasar lada, Hamka memproduksi sekitar 1.200 pcs setiap tiga bulan, dengan masing-masing varian sebanyak 300 pcs. Sedangkan untuk keripik pisang, produksinya bervariasi setiap bulan, tergantung pesanan, dengan rata-rata produksi sekitar 900 pcs untuk seluruh varian.

“Kebetulan orang tua saya memiliki kebun sahang, hasil panennya saya beli untuk bahan produksi. Namun, apabila hasil panen tidak mencukupi, kami mengambil dari petani sahang lainnya,” beber Hamka.

Produk yang ditawarkan Hamka antara lain bumbu dapur (lada putih, hitam, kunyit, dan ketumbar bubuk) dengan harga mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 20.000, serta keripik (kripik pisang batu bara, kripik pisang Sahangeo dengan berbagai varian rasa, dan kripik akar kelapa serta stik cassava) dengan harga yang sama.

WhatsApp Image 2024 11 08 at 06.38.07 1

Strategi Pemasaran dan Pengenalan Produk

Untuk memperkenalkan produknya, Hamka menawarkan langsung ke minimarket atau swalayan, serta memanfaatkan media sosial sebagai alat promosi. Ia juga melakukan endorsement kepada influencer dan memasang iklan di beberapa media online.

Hamka juga mengucapkan terima kasih kepada Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau yang telah membantunya dalam pengurusan sertifikat izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). “Ada bantuan dari Diskoperindag dalam pengurusan PIRT dan kami sempat ikut penyuluhan terkait PIRT tersebut,” tandasnya.

Menghadapi Pesaing dengan Semangat Inovasi

Semakin banyaknya pesaing di pasar, Hamka justru melihatnya sebagai momentum dan motivasi untuk terus meningkatkan kualitas produk. Ia tidak merasa terbebani dengan adanya pesaing, melainkan menjadikannya sebagai media belajar untuk terus berinovasi, bekerja keras, dan berkembang. (*)