TANJUNG REDEB – Pot bunga ditata rapi. Botol bekas disulap warna-warni. Tanaman obat keluarga tumbuh subur. Jalan pun bersih.

Pengalaman itu yang didapatkan ketika setiap warga melintasi kawasan RT 10, Jalan Mardhatillah, Kelurahan Karang Ambun, Tanjung Redeb.

Tak hanya itu, bank sampah berkah aktif menampung pilahan sampah plastik dari sekitar 179 KK yang ada di lingkungan RT tersebut.

RT 10 juga punya lubang biopori untuk sampah organik. Jenis sampah yang efektif jika digunakan untuk menyuburkan tanaman di taman berukuran sekitar 5×5 meter itu.

Drainasenya pun tak didapati sampah, baik plastik maupun organik. Lingkungan RT itu nampak segar dipandang mata. Padahal, posisinya berada di pusat perkotaan.

Sampah non organik juga disulap jadi tas belanja yang bisa digunakan untuk memuat belanjaan dari supermarket ataupun pasar tradisional.

Tas itu diolah oleh perempuan mandiri di RT 10, sekaligus pengelola Bank Sampah Berkah. Tas olahan itu juga sudah mulai didistribusikan melalui Supermarket Mardatillah yang beralamat di Jalan HM Isa II.

Demikian pula dengan tong sampah. Meski tak semua, di rumah warga terdapat tong sampah pilahan untuk organik dan non-organik. Semua disusun rapi di depan teras rumah. Modelnya pun menarik, dihias warna-warni. 

Tak salah bila RT 10 Kelurahan Karang Ambun tahun ini berhasil meraih juara I lomba kebersihan lingkungan tingkat RT oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau. RT ini berhak atas uang tunai senilai Rp50 juta dari Pemkab Berau.

Adalah Johansyah, Ketua RT 10 yang mampu menggerakkan semua warga untuk terjun langsung membereskan persoalan kebersihan lingkungan.

Johan mengaku kebersihan menjadi komitmennya saat mengajukan diri dalam pencalonan Ketua RT pada 2022. 

“Alhamdulillah niat baik kami ini berbuah hasil,” ungkap Johan.

Proses untuk terciptanya lingkungan yang bersih dan asri itu disebut sangat panjang. Mulai awal dia menjadi RT pada 2022 hingga mendapatkan penghargaan kebersihan tahun ini.

Di awal, ia tak sungkan masuk ke setiap pintu rumah warganya. Meminta partisipasi untuk gotong-royong membersihkan sampah di lingkungan tempat tinggal.

Ia pun mengingat pada pekan pertama ajakan itu, warga yang ikut tak sampai 20 orang. Setelah diberikan contoh pada bulan kedua dan ketiga, seketika partisipasi meningkat. Bahkan sampai 60 persen total warganya turun tangan.

Jimatnya ada di surat teguran RT. Bagi warga yang tak ikut gotong-royong dalam sebulan penuh, akan dapat ‘surat cinta’ dari RT. Bila masih bandel, nama warga akan dipanggil langsung pakai pengeras suara di masjid.

“Karena memang kebiasaan baik ini harus dipaksa mas, kalau tidak akan begini-begini saja,” tutur Johan.

Membumikan budaya bersih-bersih ini juga mendorong para pengurus RT dan warga membuat program khusus yang diberi nama Lisa Bapadah alias Lihat Sampah, Ambil dan Buang Pada Tempatnya.

Program tersebut dirancang untuk membangun kesadaran kolektif. Membuat semua warga, baik anak muda hingga orang tua, merasa perlu untuk aktif berbuat kebaikan di lingkungan tempat tinggalnya.

Ada juga program Koper atau Komunitas Peduli Kebersihan yang diisi oleh para tokoh di kampung RT tersebut. Menjadi penggerak untuk memberikan contoh positif bagi kawula muda.

“Lisa Bapadah ini yang buat siapapun yang lihat sampah, langsung dibuang ke tong sampah,” sebutnya.

Sampai saat ini, setiap kali gotong-royong warga tak hanya membawa alat. Namun menyediakan konsumsi yang bisa dinikmati semua warga pasca kerja bakti.

Tak jadi kewajiban, tapi menurut dia, mayoritas warga yang menyumbang itu memberikan dengan rasa ikhlas. 

“Sampai sekarang itu, pagi-pagi sudah ada makanan dan minuman untuk yang kerja bakti,” tutur Johan.

Menyambung itu, Lurah Karang Ambun, Muliana, mengaku tak setengah-setengah untuk mendorong program kebersihan RT. Semua sumber daya yang ia miliki diterjunkan, termasuk peralatan kelurahan yang dapat membantu kinerja RT.

“Kami buktikan meski kami di kota, tetap peduli dengan lingkungan dan kebersihan,” tutur perempuan yang akrab disapa Yana ini.

Menurutnya, setiap level pemerintahan selalu dengan tangan terbuka memberikan bantuan bagi warga di RT. Khusus soal kebersihan, dia tak segan untuk terjun langsung memegang cangkul dan parang untuk ikut gotong-royong.

“Tidak bisa kita kerja dengan telunjuk, harus terjun dan berkeringat bareng-bareng,” sebutnya.

Tantangan lain, kata dia, adalah Karang Ambun yang berada jauh dari jangkauan program lingkar tambang. Keberadaan perusahaan menjadi salah satu penyokong program kelurahan.

Namun, dia tak patah arang. Dengan inovasi dan kreatifitas warga, Karang Ambun telah dua tahun berturut menyabet gelar RT teladan, termasuk kebersihan lingkungan RT pada tahun ini.

“Kami usahakan bagaimanapun caranya agar masyarakat ini bisa nyaman,” tegasnya.

Dia juga memberikan dua jempol untuk RT 10 karena kebersihan lingkungan di kawasan itu tak ada satu rupiah pun iuran yang ditarik dari kantong warga.

Nilai yang dia angkat adalah kebersihan bukan soal uang. Namun rasa tanggung jawab warga untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

“Kalau mau bayar, saya yakin warga sini bisa semua. Tapi bukan itu yang kami ingin bentuk,” tegasnya lagi.

Saat ini, dia memastikan di RT 10 sudah tak ada lingkungan rumah dalam kondisi yang kumuh. Semua bersih dan terawat dari tumpukan sampah.

Kondisi ini diharapkan dapat terus dijaga dan dibudayakan. Dia juga meminta semangat warga tidak padam pasca lomba kebersihan RT tahun ini.

“Jangan kendor, kita gaspol terus budaya baik ini,” pesannya.

Dalam kesempatan wawancara itu, Johansyah dan Muliana kedatangan tamu dari Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Kementerian Lingkungan Hidup.

Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Pertama, Ari Oktaza, mengapresiasi keseriusan warga RT untuk mengelola kebersihan dan lingkungan tempat tinggal. Perilaku itu sejatinya harus tumbuh bagi setiap warga RT di seluruh indonesia.

“Ini sangat baik, sampah sudah dipilah. Taman dibuat rapi dan cantik. Bank sampah aktif, ini luar biasa,” tutur Ari.

Dari pengamatannya secara langsung, Ari mengungkapkan, RT 10 Karang Ambun punya potensi untuk dapat meneruskan prestasinya ke level provinsi. Bahkan, tak menutup kemungkinan dapat melanjutkan presentasi prestasi tersebut ke level nasional. 

“Iya, sangat layak lah ini ke nasional,” tutup Ari. (*)