TANJUNG REDEB – Ribuan telur Penyu hasil sitaan aparat gabungan di Pulau Bilang-Bilangan Kecamatan Biduk-Biduk, pada akhir 2023 lalu, akhirnya gagal menetas, setelah dipendam atau dikubur di lokasi hatchery Pulau Sangalaki.
Hal itu disampaikan Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I BKSDA Kalimantan Timur (Kaltim), Ilyas, yang menjelaskan penyebab gagalnya telur-telur tersebut dikarenakan sudah terlalu lama berada di luar pasir.
“Sudah kami gali, ternyata keras dan membusuk. Kemungkinan lama di luar pasir,” katanya.
Dijelaskan, untuk telur Penyu memang sangat rawan gagal menetas. Apalagi terlalu lama berada di luar pasir. Hal ini terbukti dengan kondisi ribuan telur hasil curian dari Bilang-Bilangan yang gagal menetas.
Seharusnya, dari pengalaman yang dilakukan selama ini, telur Penyu yang dikeluarkan atau dipindahkan, harus cepat dikubur di lokasi hatchery.
“Kalau pengamatan kami, setelah telur keluar dari Penyu, langsung kita masukkan dalam pasir, sebagai metode penetasan alami. Mayoritas menetas,” terangnya.
Diketahui, kurang lebih 2 ribu butir telur Penyu hasil praktik pencurian dari Pulau Bilang-Bilangan, pada 14 Desember 2023 lalu, kini telah ditetaskan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur (Kaltim).
Telur-telur itu diamankan tim gabungan ketika melakukan patroli di sekitar pulau. Dua orang pelaku diamankan dalam kegiatan tersebut.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I BKSDA Kaltim, Ilyas, menyampaikan setelah diserahkan aparat Polres Berau dan Kejaksaan Negeri (Kejari) Berau, ribuan telur hasil curian tersebut kembali ditetaskan dengan cara menguburnya ke dalam pasir.
“Setelah kami terima, telur itu kami lakukan upaya penetesan di Pulau Sangalaki yang kurang lebih selama dua sampai tiga bulan,” katanya, Senin (8/1/2024).
Diterangkan, sebelum telur itu ditetaskan di Pulau Sangalaki, lebih dulu timnya melakukan pemilahan satu persatu butir telur yang masih berpotensi menetas dan yang tidak. (*)