TANJUNG REDEB – Sektor perkebunan kakao di lahan yang terdampak banjir dipastikan mengalami penurunan produktivitas.

Seperti yang terjadi di Kampung Long Lanuk, Kecamatan Sambaliung. Lahan seluas lebih dari 50 hektare, yang diisi komoditas kakao, pisang hingga padi rusak akibat banjir besar beberapa pekan lalu.

Tanaman di kawasan percontohan produksi kakao tersebut dipastikan membusuk akibat rendaman banjir.

Kepala Kampung Long Lanuk, Samuel, mengaku, total lahan tersebut menjadi tumpuan ekonomi masyarakat.

“Semua habis direndam banjir,” kata Samuel saat dikonfirmasi Berauterkini, Jumat (27/6/2025).

Parahnya, tak hanya tanaman kakao dewasa, yang baru ditanam pun habis disikat banjir, termasuk bibit yang telah disiapkan di sekitaran lahan milik petani.

“Bibit semua habis,” sebutnya.

Dalam upaya penanganan sementara, saat ini para petani telah membersihkan lahan yang dipenuhi sampah dan tanaman mati.

Lahan kakao dan pisang pun masih kosong. Sebab pohon mati dan buahnya telah dibabat oleh para petani.

“Banyak yang sudah dibersihkan,” kata dia.

Dirinya mengaku, hingga saat ini, masih menunggu jadwal pemberian bibit bantuan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Perkebunan.

“Sudah kami sampaikan juga ke Disbun,” sebut dia.

Sementara itu, Kepala Disbun Berau, Lita Handini, menyatakan, pemerintah hadir untuk menjawab ancaman gagal panen para petani kakao tersebut.

Bibit telah disiapkan. Hanya saja, pemerintah menyiapkan skema khusus agar bantuan tersebut bisa tepat sasaran.

“Kami sudah siapkan skemanya,” sebutnya.

Dia menyampaikan, pihaknya telah bertemu langsung dengan para petani kakao di Dusun Nyapa Indah dan Long Lanuk.

Saat itu, disampaikan kepada para petani dan kepala kampung agar menyerahkan proposal bantuan bibit resmi yang ditujukan ke Disbun Berau.

Pemberian bibit disebut dilakukan menggunakan skema penganggaran daerah. Paling memungkinkan, bantuan tersebut disalurkan pada APBD Perubahan 2025.

“Ini paling memungkinkan,” tuturnya.

Lita menegaskan, skema itu berlaku untuk semua kampung yang lahan pertaniannya rusak akibat banjir.

Berdasarkan data, terdapat 500 hektare lebih lahan yang komoditasnya rusak. Luasan itu terbagi di semua kampung yang terdampak banjir.

“Itu ada juga di Gunung Tabur dan Suaran,” terang dia. (*)