Reporter : ⁠Dini Diva Aprilia
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB – Kabupaten Berau, yang dulunya menjadi produsen jagung utama untuk memenuhi kebutuhan Kalimantan Timur, kini menghadapi penurunan signifikan dalam produksi jagung hingga tahun 2023.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Berau, Junaidi, melalui Ika Noorhandayani dari bidang verifikasi data statistik, menjelaskan bahwa penurunan produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk ketersediaan benih dan pemanfaatan lahan yang kurang optimal.

Banyak petani yang sangat bergantung pada bantuan pemerintah, sehingga ketika bantuan tidak tersedia, produksi pun menurun.

Ia merincikan produksi pada tahun 2012 produksi jagung di Berau mencapai 2.248 ton, 2013 sebanyak 1.381 ton, 2014 sebanyak 3.990 ton, 2015 sebanyak 4.555 ton.

Kemudian tahun 2016 mengalami kenaikan hingga 15.460 ton, 2017 sebanyak 36.480ton, 2018 sebanyak 65.554 ton, 2019 sebanyak 75.360 ton, 2020 sebanyak 52.687 ton, 2021 sebanyak 61.128 ton, 2022 sebanyak 51.105 ton.

“Terakhir pada tahun 2023 itu turunnya sangat jauh menjadi 11.420 ton,”jelasnya.

Untuk mengatasi masalah ini, pihak DTPHP telah membuat roadmap atau pemetaan terkait komoditas jagung.

Pemkab juga sedang melakukan pemetaan wilayah unggulan untuk produksi jagung, dengan fokus pada daerah pesisir selatan sebagai wilayah unggulan.

“Langkah ini diharapkan dapat membantu Berau kembali menguasai pasar kebutuhan jagung di wilayah ini,” tambahnya. (*)