JAKARTA – Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto resmi mendapat kenaikan pangkat Jenderal Kehormatan TNI. Adapun penyematan pangkat tersebut dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Pemberian pangkat kehormatan ini didasarkan pada Keppres Nomor 13/TNI/Tahun 2024 tanggal 21 Februari 2024 tentang Penganugerahan Pangkat Secara Istimewa berupa Jenderal TNI Kehormatan.
Terkait alasannya, Presiden Jokowi menyebut penganugerahan ini menjadi bentuk penghargaan dan peneguhan untuk berbakti sepenuhnya kepada bangsa dan negara. Sejalan dengan penyematan pangkat kehormatan ini, Prabowo Subianto resmi menyandang status jenderal bintang 4 (kehormatan).
Sebelumnya, pemberian serupa pernah diberikan kepada tokoh seperti Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan.
Melihat ke belakang, seperti apa sebenarnya jejak karier militer Prabowo Subianto? Simak ulasannya berikut ini.
Karier Militer Prabowo Subianto Jenderal TNI (HOR) (Purn) Prabowo Subianto lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951. Pada riwayatnya, ia merupakan putra dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar.
Sebelum terjun ke ranah politik Tanah Air, Prabowo dulunya lebih dulu berkecimpung di militer. Ia masuk Akademi Militer (Akmil) dan lulus pada tahun 1974. Pasca lulus pendidikan, Prabowo membangun karier militernya secara perlahan. Sekitar 1976, ia pernah dipercaya menjadi Komandan Peleton Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha).
Sebagai informasi, pasukan tersebut dulu menjadi salah satu bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Menariknya, Prabowo yang kala itu masih berumur 26 tahun menjadi komandan termuda dalam operasi Tim Nanggala.
Mengutip laman Kemhan RI, Prabowo pernah menjadi Komandan Kompi Komando Grup 1 Kopassandha pada 1977. Beberapa tahun berselang, ia ditunjuk menjadi Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus (1983-1985). Memasuki 1985, Prabowo mendapat penugasan di luar Korps Baret Merah.
Ia dipercaya menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara Kostrad (1985-1987), Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad (1987-1991) hingga Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang 1/Kostrad (1991-1993). Pada 1993, Prabowo kembali ke Korps Baret Merah.
Kali ini, ia mendapat tugas sebagai Komandan Grup 3/Pusat Pelatihan Pasukan Khusus. Tak lama berselang, Prabowo ditunjuk menjadi Wakil Komandan Jenderal (Wadanjen) Kopassus.
Kariernya semakin moncer ketika didaulat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus periode 1995-1998. Saat menjadi Danjen Kopassus, beberapa kali Korps Baret Merah mencatatkan pencapaian apik.
Salah satunya adalah Operasi Mapenduma tahun 1996 atau penyelamatan peneliti Ekspedisi Lorentz ’95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Prabowo Subianto mencapai puncak karier militer ketika diangkat menjadi Panglima Kostrad tahun 1998. Waktu itu, pangkatnya pun sudah mencapai Letnan Jenderal atau setara bintang tiga.
Namun, posisi Pangkostrad hanya ditempatinya sebentar. Baru beberapa bulan menjabat, ia mendadak diberhentikan. Setelah kariernya selesai di militer, Prabowo beralih menuju dunia politik dan pemerintahan.
Saat ini, ia tercatat masih aktif menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Demikianlah ulasan mengenai riwayat karier militer Jenderal TNI (HOR) (Purn) Prabowo Subianto. (Sindonews.com/zuh)