BERAU TERKINI – Masyarakat Berau lebih dominan mengonsumsi beras dan olahan terigu, Dinas Pangan menyebut keanekaragaman pangan warga Berau masih rendah.

Dinas Pangan Berau mencatat Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berau tahun 2024 berada pada angka 185,7 poin, atau masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 193,5 poin.

Skor ini mencerminkan masih kurang beragamnya pola konsumsi masyarakat Berau, yang hingga kini masih didominasi oleh konsumsi beras dan tepung terigu.

Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakan menyampaikan bahwa ketergantungan terhadap dua bahan pangan utama tersebut menjadi salah satu faktor utama rendahnya capaian skor PPH di wilayahnya.

Ia menilai, perlu ada upaya sistematis dan terpadu untuk mendorong masyarakat mengurangi ketergantungan terhadap beras dan terigu, serta beralih ke konsumsi pangan yang lebih beragam dan berbasis sumber daya lokal.

“Skor PPH ini menjadi indikator keberhasilan program penganekaragaman konsumsi pangan. Semakin tinggi skor, maka semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat. Dan ini sangat penting untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berimbang,” jelas Rakhmadi saat dibubungi pada Selasa (30/9/2025).

Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakan
Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakan (Nadya Zahira/BT)

Ia menjelaskan, Skor PPH dihitung berdasarkan sembilan kelompok bahan pangan, yang mencakup konsumsi energi dari pangan pokok, lauk-pauk hewani dan nabati, sayuran, buah, serta makanan sumber lemak.

Dalam konteks ini, dominasi konsumsi beras dan terigu menyebabkan kurangnya kontribusi dari kelompok pangan lain, yang turut menurunkan skor keseluruhan.

“Walaupun skor PPH di Berau sudah cukup bagus, tetapi tetap masih di bawah rata-rata nasional. Maka itu, diperlukan upaya penganekaragaman konsumsi pangan agar skor PPH kita bisa mencapai angka ideal, atau minimal setara dengan nasional,” tambahnya.

Menurut dia, keberhasilan peningkatan skor PPH tidak dapat dilepaskan dari perubahan perilaku konsumsi masyarakat. Beras dan terigu dinilai masih menjadi pilihan utama karena kemudahan dalam pengolahan, waktu penyajian yang singkat, serta harga yang relatif terjangkau. Namun, pola konsumsi semacam ini tidak cukup untuk mencerminkan kecukupan dan keberagaman gizi yang ideal.

Menjawab tantangan ini, Rakhmadi bilang, Dinas Pangan Berau telah menjalankan sejumlah program untuk mendukung pencapaian konsumsi pangan per kapita yang lebih beragam. Salah satunya melalui sosialisasi konsep Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), yang dilakukan hingga ke tingkat kampung dan sekolah.

“Kami perkenalkan pentingnya variasi pangan sejak dini, khususnya dengan memanfaatkan potensi lokal. Selain itu, kami juga membagikan makanan B2SA ke sekolah-sekolah serta membentuk kantin B2SA di lingkungan sekolah,” ujar Rakhmadi.

Inovasi lainnya adalah pemberian bantuan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT), serta pelatihan untuk memaksimalkan penggunaan bantuan tersebut.

Rakhmadi bilang, program tersebut bertujuan agar masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga, mampu mengolah bahan pangan lokal menjadi menu sehat dan menarik.

Tidak hanya itu, edukasi tentang pentingnya pangan lokal juga dilakukan melalui pelatihan dan lomba pangan lokal nonberas dan nonterigu, chef exhibition, hingga festival kuliner. Menu-menu yang dihasilkan dari berbagai kegiatan ini kemudian dikembangkan dan dimasukkan ke dalam daftar menu B2SA berdasarkan kelompok umur, sebagai referensi konsumsi pangan yang ideal.

Rakhmadi menegaskan bahwa diversifikasi pangan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan skor PPH semata, tetapi juga untuk mendukung kemandirian pangan daerah dan mewujudkan masyarakat yang lebih sehat.

“Dengan pola konsumsi yang lebih beragam, kita tidak hanya mengejar angka, tetapi juga membangun ketahanan pangan dari akar rumput, serta menggali dan memaksimalkan potensi pangan lokal yang kita miliki,” tutupnya.(*)