Reporter : ⁠Dini Diva Aprilia
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Petambak di Kampung Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, telah berhasil mempraktikkan budi daya udang tradisional ramah lingkungan yang dikembangkan Yayasan Konservasi Alam Nasional (YKAN) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Model baru budi daya perairan berkelanjutan bertujuan menghasilkan produktivitas yang sama di lahan tambak seluas 2 hektar, seperti yang dihasilkan di lahan tambak seluas 10 hektar.

Abdurahman, salah seorang petambak yang menerapkan budi daya udang berkelanjutan mengatakan, di awal bergabung dengan Program Mangrive Sahabat Tambak Lestari (MESTI), hasil panen yang didapatkan hanya sekitar 3,5 kilogram.

Secara bertahap, hasil panen meningkat menjadi 9 kilogram, kemudian 35 kilogram dan terakhir pada masa panen raya ini mencapai 50 kilogram.

22D PETAMBAK 2

“Siklus panen juga menjadi lebih cepat. Dulu, tiga atau empat bulan sekali panen. Sekarang, bisa dua bulan sekali,” jelasnya kepada berauterkini.co.id,  Rabu (21/8/2024).

Selain udang, pihaknya juga mendapat panen lain, yaitu ikan bandeng dan kepiting yang jumlahnya juga terus meningkat.

Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, dalam hal ini diwakili Plt Kepala Dinas Perikanan dan Staf Ahli Bupati Berau, Jaka Siswanta, mengatakan Kabupaten Berau memiliki ekosistem mangrove terbesar di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), mencakup area seluas lebih dari 88.000 hektar.

Namun, banyak kawasan mangrove di wilayah Berau yang beralih fungsi. Salah satunya menjadi tambak udang. Karena praktik tambak udang yang sebelumnya menurunkan kualitas air, akibatnya hasil panen ikut turun.

“Itu membuat petambak udang membuka lahan lebih luas lagi,” jelasnya.

Untuk itu, kata Bupati Sri, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau akan terus memberikan dukungan pada program MESTI dalam memulihkan ekosistem mangrove, tanpa mengganggu mata pencaharian petambak udang di Kabupaten Berau, khususnya di Kampung Pegat Batumbuk, Suaran dan Tabalar.

“Petambak udang di Pegat Batumbuk sudah membuktikan bahwa budi daya udang yang ramah lingkungan itu sangat mungkin dilakukan,” tuturnya.

Pihaknya berharap, semoga semakin banyak petambak udang di Berau dapat mengadopsi praktik budi daya berkelanjutan seperti ini.

Jaka juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada rekan-rekan YKAN yang sejak lama telah mendukung pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan di Kabupaten Berau.

Termasuk dalam hal pengelolaan tambak berkelanjutan melalui metode SECURE yang juga menjadi komponen inti dari program MESTI.

“Terima kasih juga kepada rekan-rekan Chevron serta seluruh pihak, khususnya para penambak dan pembudidaya,” ungkapnya.

Diharapkan program ini dapat memotivasi perangkat terkait, agar prinsip akuakultur dapat benar-benar diterapkan di kampung-kampung potensial di Kabupaten Berau. (*)