Foto: Kendaraan roda 2 yang mengantre di SPBU Bujangga.
TANJUNG REDEB – Masyarakat Berau sejak dua hari terakhir dibuat resah lantaran keberadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite mendadak sulit ditemukan di kalangan pengecer.
Menghilangnya BBM Pertalite di pengecer akhirnya menyebabkan antrean panjang kendaraan roda dua disejumlah SPBU yang ada di empat kecamatan kota.
Salah seorang warga, Aidil yang turut antre di SPBU Sambaliung mengatakan, sejak Sabtu (26/08/2023) malam secara mendadak keberadaan BBM jenis Pertalite sulit ditemukan. Kondisi itupun kata dia berlanjut sampai Senin (28/08/2023) pagi.
“Biasanya saya gak pernah isi ke SPBU selalu ke pengecer, tapi pagi ini terpaksa ikut antre karena mendadak sulit ditemukan pertalite di penjual eceran,”ujarnya.
“Tidak tau apa penyebabnya, bingung juga,”tambahnya.
Menyikapi hal itu, Area Manager Communication REL & CSR Patra Niaga Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra, mengatakan tak tahu persis penyebab pasti mengularnya antrean BBM tersebut.
Sebab, saat ini pihaknya mengklaim stok masih tersedia untuk 10 hingga 15 hari ke depan.
“Sehingga secara stok tidak ada kelangkaan,” kata Arya Yusa, kepada Berau Terkini, Senin (28/8/2023).
Menurut Peraturan Presiden RI Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Berau ditetapkan sebagai daerah penerima BBM pada 2023 ini sebanyak 55.895 Kiloliter.
Hingga Juli 2023 lalu, Patra Niaga telah menyalurkan BBM sebanyak 33.960 Kiloliter. Sementara, sisa stok yang bakal didistribusikan selama sisa masa pada 2023 ini, sebanyak 22.025 Kiloliter.
“Patra Niaga diminta oleh PT PERTAMINA dan Pemerintah untuk menyalurkan sesuai kuota hingga Desember 2023,” ucapnya.
Saat dikonfirmasi terkait asupan BBM untuk gerai Pertashop yang tersebar di Tanjung Redeb, Arya Yusa menyatakan, distribusi bergantung pada jumlah permintaan pihak ketiga. Bila pihak pengelola membutuhkan asupan stok BBM, baru akan dikirim. Jumlahnya sesuai permintaan pengelola.
“Artinya jika ada permintaan dari mitra Pertashop maka akan dikirim. Jika tidak ada permintaan tidak dikirim,” ucap dia.
Menjelaskan ihwal antrean panjang yang terjadi, Arya Yusa mengatakan, kemungkinan diakibatkan oleh pengisian BBM yang membutuhkan waktu. Seperti truk pengantre solar. Sementara untuk kendaraan roda 2 dan 4, diakibatkan permintaan yang melonjak secara tiba-tiba dalam waktu yang bersamaan.
Oleh karena itu, pihaknya menyarankan untuk kendaraan dengan CC kecil untuk mengisi BBM jenis pertamax. Agar tak mengular pada antrean jenis pertalite.
Bila tak berhasil mengurai antrean, pihaknya bakal menurunkan APH untuk membantu melancarkan arus lalu lintas di sekitaran lokasi SPBU.
“Itu mengapa kami menyarankan untuk kendaraan kecil dengan spesifikasi seharusnya BBM RON 92 untuk beralih ke Pertamax,” ujarnya.
Lebih jauh, ditanya soal perilaku oknum ‘Pengetap BBM’ yang berujung pada antrean panjang di SPBU, dia menjawab tak dapat memastikan hal tersebut. Sebab, lain kewenangan pihaknya. Dia hanya memastikan, bila terdapat oknum pekerja di SPBU yang bersekongkol dengan para pengetap, pihaknya tak segan untuk membawa oknum tersebut ke meja hijau.
“Namun jika ada indikasi pekerja Patra Niaga terlibat yang menyebabkan kesulitan penyaluran BBM bisa dilaporkan ke aparat hukum setempat,” tegas dia. (*)
Reporter: Sulaiman