Reporter : ⁠Dini Diva Aprilia
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Salah satu langkah untuk memperkaya penulisan tentang cagar budaya Kabupaten Berau dengan “Treasure Hand Stenkolen”. Mengasah kemampuan jurnalistik dan fotografi, sekaligus memperdalam ilmu pengetahuan tentang cagar budaya yang ada di Kecamatan Teluk Bayur.

Hal itu sebagai lanjutan dari kegiatan Workshop Fotografi dan Jurnalistik yang telah dilaksanakan pada Kamis 5 September 2024 lalu.

“Biar ilmu yang didapat bisa diingat. Kita juga lakukan praktik sekaligus memperdalam wawasan peserta didik dan guru pembimbing,” ujar Risna Herjayanti, sebagai salah seorang perwakilan Kabupaten Berau yang menerima Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2024 dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) XlV Kaltimtara.

Dengan adanya kegiatan jelajah budaya, diharapkan bisa menciptakan hasil karya fotografi dan jurnalistik yang bisa di uploud pada website khazanahberau.id.

10E PERKAYA 1

Melalui webstie ini bisa menjadi arsip digital yang dapat diakses dengan mudah oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun.

“Karya foto dan jurnalis terbaik dari seluruh peserta workshop akan dimuat dalam website ini,” jelasnya.

Diikuti 44 peserta yang terdiri dari 11 sekolah dengan 11 guru dan 33 peserta didik. Adapun yang terlibat secara langsung, yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Stenkolen Teluk Bayur, Museum Siraja, Narasumber Lokal, yaitu Datu Kesuma, Anang Ardiansyah.

“Dan juga didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah XIV Kaltimtara,” terangnya.

Risna ingin, kegiatan Jelajah Sejarah dan Cagar Budaya ini dapat berlanjut dan memperkaya tulisan tentang cagar budaya lainnya di Berau.

Salah satu tempat yang memiliki kekayaan cagar budaya di Kabupaten Berau adalah Teluk Bayur.

Jejak kolonial Belanda saat mendirikan Perusahaan NV.SMP yang menjadi cikal bakal pengerukan batu bara di Kabupaten Berau membuka gerbang masuknya pekerja dari luar Berau yang membuat Teluk Bayur tempo dulu menjadi pusat hiburan yang ramai.

“Ini merupakan salah satu alasan kita pilih Teluk Bayur,” tegasnya.

Selain itu, ada beberapa peninggalan Kolonial Belanda antara lain Gedung Bioskop, Ballroom (Kamar Bola) yang saat ini menjadi Museum Batu Bara, Taman Kota dan Perkantoran.

Namun disayangkan, bahwa pengetahuan dan apresiasi generasi muda terhadap cagar budaya ini masih terbatas.

“Kurangnya edukasi formal maupun informal mengenai pentingnya cagar budaya dan museum sebagai identitas ini salah satu upaya kita untuk mengedukasi,” bebernya.

Menurutnya, pemahaman dan apresiasi terhadap cagar budaya dan museum bukan hanya penting sebagai upaya pelestarian warisan budaya, tetapi juga sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. (*)