Foto: Aktivitas Petani kelapa sawit Berau

TANJUNG REDEB,- Petani sawit mandiri Berau kembali was-was dengan trend penurunan harga tandan buah segar (TBS). Setelah sempat anjlok beberapa waktu lalu, kini harga TBS kembali melorot ke harga mengkhawatirkan petani.

Ketua Asosiasi Petani Sawit Mandiri Kabupaten Berau, Mupid Datusahlan menilai, dengan turunnya harga yang tak terkontrol, menjadi trend buruk bagi para petani sawit mandiri. Mengingat trend ini berdampak langsung pada ekonomi rumah tangga pelaku usaha perkebunan ini.

“Walau kita paham, sistem pasar perdagangan kelapa sawit yang juga tidak sederhana. Ditambah lagi, perkebunan sawit memang masih lebih besar di kuasai oleh swasta di banding dengan pemerintah,” katanya.

Terpantau pada 17 Juni 2022, harga TBS di PT NAS, hanya sebesar 1.950 per kilogram. Kemudian PT KLK per tanggal 20 Juni 2022 sebesar Rp 2.250 per kilogram. Adapun PT APAA untuk Selasa 21 Juni 2022 Rp 2.175 per kilogram. Kemudian PT NPN harga TBS Rp 2.125 per kilogram.

Perlu ada langkah kongkret dari pemerintah dalam melindungi stabilitas harga beli TBS petani mandiri. Peran pemerintah sangat diharapkan dapat membantu petani mandiri ditengah penentuan harga beli oleh perusahaan yang dinilai diluar kendali petani.

“Nah, ini yang belum ada sampai sekarang. Padahal bisa menjadi solusi,” jelasnya.

Ditengah kondisi ini, Mupid mengapresiasi sikap anggota DPRD Berau, yang menuntut pihak perusahaan terbuka serta memberi ruang lebih dalam melakukan perbaikan harga. Namun, hal itu juga belum secara signifikan terjadi.

“Nyatanya, ini juga masih belum signifikan di jalankan oleh mereka para perusahaan sawit. Dan, ini juga dapat menjadi preseden buruk jika teriakan legislatif saja tidak di gubris dan di indahkan oleh mereka,” pungkasnya. (*)