Foto: Foto bersama Pokdarwis Batu Payung bersama para duta wisata Berau.

TANJUNG REDEB – Pembentukan kelompok sadar wisata alias Pokdarwis Batu Payung di kampung wisata Payung-Payung, Maratua, memberikan dampak positif terhadap gairah perekonomian di wilayah laut perbatasan Filipina tersebut. Padahal Pokdarwis Batu Payung tersebut baru resmi terbentuk 3 tahun belakangan ini.

Tim yang dibentuk sejak masa pandemi 2020 lalu tersebut, sejatinya diniatkan untuk menjadi jawaban atas kebutuhan peningkatan ekonomi masyarakat pesisir tersebut.

Benar saja, pada 2023 ini kampung Payung-Payung tetap bertahan dengan segala rintangannya. Khusunya pada sektor pemberdayaan dan pengembangan kapasitas sumberdaya manusia alias SDM.

“Kelompok ini memang disiapkan untuk menghadapi tantangan pasca pandemi,” kata Kepala Disbudpar Berau Ilyas Natsir, melalui Kabid Pengembangan Destinasi Wisata Disbudpar Berau, Samsiah Nawir.

Dia menjelaskan, tugas pokok dari Pokdarwis yakni memberikan motivasi kepada penduduk agar dapat menyadari bila kampung tersebut memiliki kekayaan alam yang bisa memberikan keuntungan bila dikelola dan dirawat dengan baik.

“Jadi salah satu tugasnya, memastikan masyarakat dapat sadar dengan potensi wisata yang dimiliki,” ujar dia.

Berkat kerjasama yang apik antara Pokdarwis Batu Payung dan masyarakat Payung-Payung, membuahkan hasil. Saat ini warga sudah mulai memproduksi produk rumahan yang dijual khas dari Pulau Maratua tersebut.

Diantaranya produk sambal yang diolah berbahan dasar hasil laut, kerupuk ikan, amplang, hingga keripik berbahan dasar dari ikan. Dikemas sesuai dengan standar pasar oleh-oleh khas daerah.

Pemerintah pun secara aktif memberikan pendampingan. Harapannya, produk olahan masyarakat tersebut dapat dilirik oleh perusahaan di Berau untuk mendapatkan bantuan peningkatan hasil produksi.

“Kesadaran masyarakat ini perlu didukung. Semoga ke depan ada perusahaan yang bisa membantu untuk hal itu,” ujarnya.

Selain itu, homestay juga terus berbenah. Telah menghadirkan penginapan yang nyaman untuk para pengunjung. Menyediakan fasilitas yang sesuai dengan standar CHSE.

“Jadi homestay-nya itu termasuk yang berstandar lah,” terang dia.

Namun kerja-kerja tersebut hadir bukan tanpa tantangan. Samsiah menyebutkan, bila menciptakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kemandirian ekonomi dari sektor wisata, tak semudah membalikkan telapak tangan.

Hanya saja, kultur warga Berau yang telah terbentuk sejak zaman dahulu menciptakan karakter yang ramah. Sehingga hambatan tersebut tak begitu jadi masalah bagi Pokdarwis.

“Perlahan tapi pasti. Kami yakin Payung-Payung bisa maju seperti destinasi lainnya di Berau,” harap dia. (adv)

Reporter: Sulaiman