Reporter : Sulaiman
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Penerbangan lesu. Maskapai Super Air Jet (SAJ) tidak lagi melayani penerbangan (flight) ke Surabaya dari Bandara Kalimarau, Teluk Bayur, Kabupaten Berau selama sepekan belakangan ini. Padahal, rute itu terhitung baru aktif sejak 14 Juni 2024 lalu.

Bahkan, SAJ merupakan maskapai yang sangat dibanggakan kala berhasil memberangkatkan dan membawa pulang para jemaah haji beberapa waktu lalu.

Lesunya aktivitas penerbangan di Bandara Kalimarau untuk rute ke Surabaya dan sebaliknya, menjadi dalang dari sikap maskapai tersebut. Setidaknya, dalam masa percobaan selama sebulan lalu.

“Dari Jumat, minggu lalu, SAJ sudah tidak operasi di Berau, Mas,” kata Kepala Badan Layanan Umum Unit Penyelenggara Bandar Udara (BLU UPBU) Bandara Kelas I Kalimarau, Ferdinan Nurdin, di kantornya, Kamis (1/8/2024).

Padahal, mendatangkan SAJ tersebut merupakan cara dari pihak bandara untuk menekan harga tiket pesawat. Dimana sebelumnya rute tersebut dikuasai Batik Air.

Maskapai yang masuk dalam kategori LCC alias Low Cost Carrier, maka tiket yang dilego tentu lebih murah dari standar pelayanan yang diberikan oleh pihak Batik Air.

“Memang SAJ lebih murah, tapi occupancy-nya tidak terpenuhi,” bebernya.

Ferdinan menyayangkan tidak adanya langkah konkrit pemerintah dalam memastikan keterisian kursi pesawat, baik melalui skema blockseat atau deposit penerbangan ke pihak maskapai.

“Masa yang seperti ini saya lagi yang disalahkan,” ujarnya.

Ferdinan menyebut, sudah berupaya maksimal dalam melakukan negosiasi dengan pihak maskapai. Namun pada tataran hubungan bisnis pemerintah dan pihak maskapai, merupakan kewenangan di luar pihak bandara.

“Harusnya bandara ini jadi pilihan, tapi kenyataannya justru jumlah penumpang menurun,” tukasnya.

Padahal, dinilai strategi tersebut cukup efektif untuk menekan harga tiket. Diketahui, tiket dari Bandara Kalimarau ke Surabaya, menggunakan Batik Air senilai Rp 3,8 juta. Sementara SAJ, Rp3,4 juta. Selisih sekitar Rp400 ribu.

“Kalau sudah lebih murah harusnya occupancy bisa terpenuhi, ternyata tidak,” ujarnya.

Diminta seluruh pemangku kepentingan hingga pelaku usaha di Berau, dapat duduk bersama alias diskusi untuk membahas gairah penerbangan di Berau. Bila tidak, penerbangan ke Surabaya bisa saja ditutup permanen.

“Harus duduk bersama untuk mencari jalan keluar,” katanya.

Selain itu, penting pula komitmen perusahaan besar di Berau untuk mau bekerja sama dengan pihak maskapai. Minimal dalam mengantarkan karyawan yang cuti balik ke kampung halaman.

“Kan ada juga perusahaan besar di sini, itu yang kami harap bisa bekerja sama,” sebutnya. (*)