Reporter : Syaifuddin Zuhrie
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

KALTIM, – Penurunan luas lahan padi di Provinsi Kalimantan Timur telah mengakibatkan produksi beras yang terus menurun drastis, hanya mampu memenuhi 20% dari kebutuhan lokal.

Masalah ini disebabkan oleh alih fungsi lahan dan menurunnya minat SDM untuk menjadi petani. Mengatasi krisis pangan ini, memerlukan strategi dan regulasi sistematis untuk meningkatkan produktivitas lahan padi serta menciptakan generasi petani yang berkelanjutan.

Calon Ketua Pemuda Tani Kaltim, Akbar Patompo, mengusulkan beberapa langkah yang bisa diambil pemerintah. Pertama, penerapan kebijakan ekonomi self-help, seperti yang diterapkan Jepang, yakni menetapkan lahan khusus untuk produksi beras.

“Pemerintah kami sarankan untuk memperluas lahan padi melalui kelompok tani yang fokus pada pertanian padi, sehingga program pemerintah dalam sektor pertanian dapat tersalurkan dengan tepat dan cepat,” ujarnya Kamis (18/7/2024).

sawah
Petani di Kampung Tasuk, Berau, Kaltim

Selain itu, tambah dia, pemerintah harus menetapkan kepastian harga jual gabah dan beras untuk mengurangi alih fungsi lahan pertanian. Pengawasan ketat terhadap penggunaan lahan yang dialokasikan untuk peningkatan produksi beras juga diperlukan.

Termasuk juga  membentuk satgas pangan atau kerja sama dengan organisasi pertanian bisa menjadi solusi untuk memantau krisis pangan ini.

“Inovasi dan pengembangan SDM pertanian jangka panjang sangat penting. Peningkatan fasilitas pendidikan seperti gedung, laboratorium, teknologi, dan digitalisasi di sekolah harus diutamakan. Kurikulum berbasis teknologi dan peningkatan kualitas guru dan dosen juga perlu dilakukan untuk mencetak petani-petani berkualitas,” bebernya.

Program pendidikan pertanian harus dimulai sejak sekolah dasar, termasuk kunjungan ke lahan pertanian dan pelatihan tentang pembuatan pupuk serta pembibitan tanaman. Hal ini bertujuan untuk mengubah persepsi tentang profesi petani, menjadikannya sebagai salah satu cita-cita generasi mendatang.

Menjawab tantangan krisis pangan, penggunaan teknologi untuk merekayasa iklim dan digitalisasi seperti smart farming menjadi krusial. Solusi ini tidak hanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kaltim, tetapi juga untuk menghadapi tantangan pangan di Ibu Kota Negara (IKN) yang akan datang.

“Upaya intensif dalam peningkatan produksi pangan harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan masa depan,”tandasnya.(*)