Kondisi terkini RSUD dr Abdul Rivai, Tanjung Redeb.
TANJUNG REDEB – Jelang penghujung tahun 2023 terjadi peningkatan jumlah pasien yang dirawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah ( IGD RSUD) dr Abdul Rivai Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Apakah terindikasi Covid-19? Kondisi tersebut terpantau, Rabu (13/12/2023).
Parahnya, pasien pun dirawat hingga di ruang lobi rumah sakit lantaran ruang yang tersedia tidak sanggup lagi menampung pasien lantaran kondisi overcapacity alias kelebihan kapasitas.
Jusram, Direktur RSUD Abdul Rivai mengaku, banyaknya pasien yang dirawat di luar ruangan akibat kurangnya ruang rawat inap tersebut, seperti menunjukkan sebuah kejadian luar biasa (KLB). Kondisi itu jelas membutuhkan pembangunan ruang rawat inap yang baru.
“Iya, ini seperti ada KLB, sehingga memang sangat diperlukan pembangunan ruang rawat inap yang baru,” jelasnya.
Saat ini, Jelas Jusram, jumlah tempat tidur di RSUD Abdul Rivai hanya mencapai 220 unit. Jumlah tempat tidur itu, tentu sangat tidak ideal dengan angka pertumbuhan penduduk Berau yang menjangkau 3,8 persen per tahun.
“Kondisi sekarang, kita punya 220 tempat tidur. Kemudian tambahan penduduk di Berau 3,8 persen per tahun. Itu yang kami lihat. Sehingga perbandingan tempat tidur yang disiapkan dengan jumlah penduduk tidak ideal,” terangnya.
Disampaikannya, perbandingan antara jumlah tempat tidur yang perlu disiapkan dan jumlah penduduk sesuai standar WHO yakni 5 : 1.000. Sedangkan untuk ukuran Indonesia lebih kurang 1,2 – 4: 1.000 penduduk.
“Dengan jumlah penduduk kita yang lebih kurang 160.000 penduduk, sebenarnya yang kita butuhkan itu di atas 250-300 tempat tidur. Nilai Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat hunian kita di RSUD Abdul Rivai itu, di atas 85 persen,” jelasnya.
Pihak RSUD, ungkapnya, sudah sering menyampaikan masalah itu ke legislatif dan eksekutif Berau.
Tujuannya, agar permasalahan yang dihadapi itu segera diselesaikan. Apalagi saat ini jumlah pasien yang hendak dirawat sama banyaknya dengan yang sedang dirawat.
“Saya sering menyampaikan ke dewan atau Pemda, bahwa masalah kita itu sama seperti kita makan di warung. Kita masih makan, orang sudah berdiri di samping untuk menggantikan kita. Kendalanya sekarang, kita tidak punya ruangan rawat inap yang baru,” imbuhnya.
Ditambahkannya, selama 10 tahun terakhir pihak RSUD tidak pernah menambah ruang rawat inap. Sementara, jumlah penduduk semakin tahun semakin bertambah. Pasca Covid-19 kebutuhan ruang rawat inap itu sangat diperlukan.
“Ketika Covid-19 di tahun 2020 sampai awal 2022 itu tidak kelihatan. Kenapa? Karena waktu zaman covid tidak ada yang mau dirawat inap. Bahkan sesak napas pun kalau bisa di rumah, di rumah saja. Karena takut di-covid-kan waktu itu,” ungkapnya.
Kondisi saat ini, tambahnya, sangat berbeda. Pasien yang diserang penyakit ringan pun memerlukan rawat ini. Karena itu, pengembangan RSUD dan penambahan kamar dan tempat tidur menjadi kebutuhan yang kian mendesak.
“Selain membangun ICU, IGD dan kamar operasi di gedung yang baru itu, kami juga ingin dibantu ruang rawat inap yang baru. Itu untuk menambah kapasitas tempat tidur kita. Selain menunggu rumah sakit yang dibangun di wilayah Inhutani,” jelasnya. (*)
Reporter : Sulaiman
Editor : s4h