Kasihan. Kedua emak-emak ini tampak kecewa bernaung dibawah pohon, karena tidak mendaptkan gas 3 kilogram yang akan dibelinya setelah mengantre lumayan lama.

TANJUNG REDEB – Operasi pasar murah gas “melon” yang digelar Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Berau, untuk mengatasi masalah kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kilogram di masyarakat dinilai tidak efektif. Sedangkan syarat yang ditetapkan kepada calon pembeli gas 3 kilogram itu juga dianggap membingungkan warga.

Pasalnya, dua emak-emak yang ikut mengantre ingin membeli gas murah sejak pagi tidak berhasil alias gagal mendapatkan gas berwarna hijau itu, karena kedua calon pembeli itu tidak membawa Kartu Keluarga (KK).

11 ANTREAN MEMBLUDAK WARGA 1 1

Yang diketahui dari pengumuman dibagikan pemerintah, setiap calon pembeli cukup membawa salah satu kartu identitas, yakni antara Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga.

Namun setibanya di lokasi dan ikut mengantre panjang dengan calon konsumen lainnya, hasilnya nihil karena ditolak. Alasnnya, syaratnya tidak lengkap, yaitu KTP dan KK.

“Kami sudah menunggu dari pagi, jauh-jauh dari Siduung Kecamatan Segah, ternyata pas sudah giliran tidak bisa membeli, karena harus pake KTP sama KK,” terang kedua ibu yang sekitar setengah baya itu mengutarakan kekecewaannya.

Dengan penuh harap, mereka mengantre untuk mendapatkan gas 3 kg, namun pupus hanya gegara tidak membawa KK.

“Apa kasi harus kembali pulang, hanya untuk mengambil KK,” ujar Sanai Irang dan Dau Apui, yang mengaku tempat tinggalnya terbilang tidak dekat dari lokasi antrean.

Mereka menceritakan, awal mula mendapatkan informasi operasi pasar (OP) yang digelar pemerintah. Dia bilang, informasi tersebut didapatkan dari tetangganya yang mendapatkan informasi tersebut dari aplikasi pesan instan WhatsApp (WA) Grup.

Lalu, tetangganya mengabari kalau operasi gas murah digelar di GOR Pemuda Tanjung Redeb itu hanya dengan membawa KTP atau KK.

Tak ingin ribet membawa kartu keluarga, kedua emak-emak tersebut hanya memilih untuk membawa kartu identitas berupa KTP.

Saat berada di lokasi pembagian gas melon murah, keduanya yang disambut petugas dari pangkalan tidak diterima, lantaran hanya membawa KTP.

Walhasil, keduanya mesti gigit jari, lantaran kesulitan untuk kembali lagi mengambil KK dan petugaspun tega tidak mengabulkan.

“Informasinya dibagikan oleh Kepala Kampung lewat WA, tapi di situ tulisannya dengan membawa KTP atau KK, bukan KTP dan KK,” terangnya dengan nada agak lirih, karena rasa kecewa masih bergelayut. (*)

Reporter : Dini Diva Aprilia

Editor : s4h