Reporter : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Ketiga atlet Kriket asal Kabupaten Berau hampir tidak diizinkan, bahkan nyaris dipulangkan mewarnai perjuangan 3 atlet Berau yang ingin membantu Provinsi Kalimantan Timur (Prov Kaltim) yang berhasil meraih 3 medali di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 Sumut-Aceh.

Dibalik prestasi prestisius ketiga atlet Berau, Berlian Duma Pare, Noor Aina, dan Filidia Chandra Mulyani Ritonga, di PON 2024 Sumur-Aceh, siapa sangka, mereka hampir tidak bisa ikut bertanding karena berbagai kendala.

Kontingen Kriket Kaltim juga disebut sempat diremehkan provinsi lain,  karena tidak punya lapangan sendiri. Meski begitu, berkat motivasi dan semangat pantang menyerah, atlet-atlet yang tergabung di Kriket Kaltim ini akhirnya sukses meraih 3 medali, yakni 1 Medali Emas dan 2 Medali perak.

Kala bertemu Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Berau, Taupan Madjid, Berlian Duma Pare bercerita, bahwa perjuangannya bersama kedua rekannya saat awal masuk Puslatda, tidak semulus atlet-atlet dari daerah lain.

25C HAMPIR 2

Berlian, yang juga merupakan pekerja honorer di Dinas Pendidikan mengakui, kendala pertama, yakni sempat tidak diizinkan oleh instansi tempatnya bekerja, karena dinilai sudah terlalu banyak izin untuk ikut pertandingan.

“Kami saat itu datang terlambat ketika ikut TC. Jadi harus buat surat keterlambatan dulu. Itu pun kami hampir dipulangkan. Untungnya pengurus kami selalu mendukung kami,” katanya.

Tidak hanya itu, selama berlatih, Berlian bersama rekan-rekannya terpaksa harus mencari lapangan. Bahkan tidak jarang mereka harus menunggu orang yang menggunakan lapangan pulang baru bisa berlatih.

24C TRAVEL 3 1

Sekadar diketahui, hingga saat ini kontingen Kriket Kaltim yang meraih medali 1 emas dan 2 perak tidak memiliki lapangan sendiri. Para atlet harus memutar otak untuk bisa berlatih dengan menumpang lapangan yang ada di sekitarnya.

“Kami dijanji, kalau kami dapat medali di PON 2024, baru akan dibangunkan lapangan Kriket. Ini yang membuat kami sangat termotivasi dan berjuang agar meraih emas,” paparnya.

Bahkan, selama berlatih mereka kerap kehabisan makanan. Apalagi ketika menunya daging ayam. Tidak jarang, dia bersama rekannya dari Samarinda, memasak sendiri dengan menu ala kadarnya.

“Kami akali sendiri kalau kami kehabisan makanan. Apakah masak sarden, goreng telur. Penting kami bisa makan dulu,” kisahnya.

24C TRAVEL 2 1

Sementara ketika bertanding di PON 2024 Sumut-Aceh, dia menyoroti kondisi lapangan yang tidak begitu standar untuk ukuran PON, karena kondisinya berlumpur, terutama ketika hujan turun.

“Kami sebenarnya tidak kaget, karena kami sudah terbiasa dengan lapangan seperti itu. Kendalanya itu cuma cuaca saja,” terangnya.

Bahkan, mereka dari kontingen Kaltim sempat “tumbang”, karena suhu panasnya yang berbeda dengan suhu panas di Kalimantan Timur.

Tidak hanya itu, atlet kriket Berau lainnya, yakni Filidia Chandra Mulyani Ritonga, juga sempat mengalami cidera lutut yang membuatnya hampir tidak bisa bertanding.

24C TRAVEL 1 1

“Untungnya, kami masih bisa tampil maksimal, meskipun dengan berbagai kendala yang kami alami, baik itu sebelum bertanding di PON, sehingga berhasil membawa pulang prestasi,” paparnya.

Berlian juga masih ingat, kontingen  Kriket Kaltim sempat diremehkan oleh kontingen dari daerah lain, karena tidak mempunyai lapangan Kriket. Bahkan, laju Kriket Kaltim di PON hanya diprediksi sampai babak penyisihan saja.

“Kami tidak tersinggung, karena memang kenyataannya seperti itu. Tapi, itu kami jadikan motivasi untuk terus berjuang hingga berhasil meraih 1 emas dan 2 perak,” paparnya.

Dengan prestasi tersebut, mereka berharap kepada pemerintah daerah maupun provinsi, agar dapat membangunkan lapangan untuk atlet-atlet Kriket berlatih.

Dengan adanya lapangan tersebut,  tentunya akan memberikan dampak positif untuk perkembangan olahraga Kriket di Kaltim, khususnya mencetak atlet-atlet potensial masa depan.

Jangan sampai minimnya fasilitas yang dialaminya saat ini terus berlanjut hingga regenerasi atlet di masa mendatang dan kembali diremehkan oleh daerah lain.

“Kami ikut PON itu tidak punya lapangannya, tapi bisa mendapat medali. Ini cukup miris juga, kalau kondisi ini masih terus berlanjut. Semoga bisa dibangun lapangannya,” ujar Berlian mengakhiri ceritanya. (*)