Reporter : Hendra Irawan
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Agak miris sekaligus ironi, jika selama ini sekolah negeri yang dikatakan gratis alias tidak bayar, tapi justru tetap mahal.

Biaya mahal di sekolah gratis. Sudah bukan barang baru lagi di dunia pendidikan. Antara gembira dan was-was, itulah yang dirasakan para orangtua ketika anaknya masuk di jenjang sekolah dasar (SD) maupun SMP sederajat hingga SMA.

Rasa senang anaknya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Di sisi lain, harus memikirkan apakah uang cukup untuk membeli perlengkapan sekolah, baik yang harus dibeli di dalam sekolah itu sendiri maupun dibeli di luar sekolah.

“Saya setidaknya minimal harus menyiapkan uang 1,3 juta sampai 1,5 juta, untuk dua anak saya yang baru masuk SD dan SMP. Padahal, masuknya di sekolah negeri,” jelas Fatimah, yang menyekolahkan anaknya di salah satu sekolah di Kabupaten Berau.

Dikatakannya, untuk menebus seragam dan item yang dijual di sekolah masing-masing berkisar Rp500 ribu, baik SD maupun SMP. Itu belum termasuk dengan keperluan membeli perlengkapan sekolah lainnya, seperti  alat tulis-buku dan lainnya, sepatu dan tas.

“500 ribu rupiah itu untuk membeli dua seragam batik dan olahraga. Ada juga atribut untuk SD dan SMP. Itu harus ditebus di sekolah. Belum lagi seragam merah putih dan putih biru yang dibeli di luar sekolah. Lumayan besar biayanya,” katanya.

Sang ibu tadi sama sekali tidak menyangka kalau di sekolah negeri yang notabene gratis, tapi harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk bisa mengenyam pendidikan.

“Belum lagi nanti ada beli buku LKS dan lain lain setelah proses pembelajaran berlangsung,”ucapnya lagi.

Diharapkannya, ada subsidi dari pemerintah daerah dalam membeli seragam maupun atribut yang dijual di sekolah. Karena tidak semua orang tua yang menyekolahkan anaknya memiliki kemampuan ekonomi yang cukup.

“Saya juga tidak tahu, apakah standarnya memang seperti itu atau bagaimana. Kalau bisa jangan teralu tinggi juga harganya, karena kita sudah membeli di luar dan diwajibkan juga membeli yang di sekolah. Kasihan orang tua yang punya penghasilan pas-pasan,” pungkasnya. (*)