Reporter : Sulaiman
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB – Calon Bupati Berau nomor 1, Madri Pani (MP), secara tidak sengaja menyebut lawannya, yakni calon Bupati nomor urut 2, Sri Juniarsih, dengan sebutan “Ibu Bupati.” Momen ini terjadi meski petahana sedang menjalani masa cuti kampanye selama 60 hari.

Insiden tersebut berlangsung pada sesi tanya-jawab pertama dalam debat publik yang dilaksanakan Sabtu (26/10/24) malam. Di sesi ini, paslon 01 memiliki dua kesempatan untuk berbicara, sementara pihak yang dikonfirmasi, Sri, hanya satu kali.

MP mengajukan pertanyaan mengenai program pembangunan sistem transportasi publik terpadu, yang merupakan unggulan paslon nomor urut 2.

Setelah MP melempar pertanyaan, Sri Juniarsih memberikan jawabannya. Momen lucu ini terjadi saat debat telah berlangsung selama satu jam satu menit.

“Ibu bupati. Disini namanya. Mohon maaf, Ibu Sri Juniarsih,” klarifikasi MP, yang disambut sorakan penonton di Studio Trans7, Jakarta.

Menyadari sebutan tersebut, Umi Sri menimpali dengan harapan bahwa doa MP tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.

“Amin. Amin. Amin ya Allah,” ujarnya, menyela MP saat menanggapi jawabannya.

Dalam kesempatan debat tersebut, Madri meminta penjelasan atas program yang diusung oleh paslon 02. Ia menyatakan bahwa saat ini tidak ada lagi transportasi massal di Berau, seperti angkot, dan menganggap tidak perlu membangun transportasi massal karena masyarakat telah memiliki kendaraan pribadi.

“Orang sudah punya kendaraan, jadi untuk apa ini dibangun?” tanya MP.

Ia meminta penjelasan yang lebih komprehensif dari Sri Juniarsih agar masyarakat dapat memahami program unggulan tersebut.

“Agar masyarakat bisa memahami dan lebih cerdas memahami program yang ibu sudah simpulkan di sini,” tutupnya saat waktu pertanyaan habis.

Menanggapi pertanyaan itu, Sri menjelaskan bahwa arah pembangunan di Bumi Batiwakkal kini berfokus dari desa ke kota. Menurutnya, meskipun pusat perkotaan sudah memiliki banyak fasilitas transportasi, tidak semua warga pedesaan memiliki kendaraan pribadi.

“Tak semua warga di pedesaan memiliki alat transportasi,” ucapnya.

Sri menegaskan bahwa kendaraan pengangkut massal akan sangat membantu masyarakat, baik untuk kebutuhan sekolah maupun bekerja. Ia meyakini bahwa warga desa sangat membutuhkan fasilitas ini.

“Tidak semua mereka mampu memiliki kendaraan pribadi,” tambahnya.

Sri menjelaskan bahwa program tersebut lahir sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat untuk beraktivitas. Kendaraan pengangkut massal akan mempermudah akses ke tempat tujuan dengan fasilitas yang disiapkan oleh pemerintah daerah.

“Akan sangat terbantu dengan program ini,” ungkapnya.

Menyimak penjelasan tersebut, MP merasa tidak mendapatkan keterangan yang memuaskan. Menurutnya, penjelasan Sri terasa berbelit-belit. Ia menyamakan Trans Berau dengan Trans Jakarta, yang hanya berlaku di kawasan perkotaan.

“Jadi jawabannya harus valid dan jelas. Disini Trans Berau, Trans Jakarta,” tutupnya sambil tertawa.(*)