Reporter : ⁠Dini Diva Aprilia
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Bermodalkan 600 ribu rupiah, omset per minggu, mencapai belasan juta. Keberhasilan ini dialami Megawati, Owner ‘Meggy Jelyy Drink’ dan Onigiri.

Kesuksesan itu berkat adanya sosial media yang membuat apapun menjadi lebih mudah, terutama dalam menjalankan bisnis atau usaha. Seperti yang dilakukan Owner ‘Meggy Jelyy Drink’ yang berpenghasilan belasan juta rupiah dalam penjualannya.

Megawati, selaku Owner Meggy Jelly Drink, menceritakan bagaimana awal mula dia memutuskan untuk berjualan dengan modal yang minim, yakni Rp600 ribu.

Wanita lulusan teknologi pangan ini tidak ingin ilmu yang dimiliki sia-sia. Mega mulai membangun bisnisnya dengan berjualan ‘Es Jelly’ dengan aneka rasa yang murni dari buah asli.

22d modal 2

Berawal dari dia yang memang suka jajan dan mempunyai makanan favorit, akhirnya dia membuka usaha Jelly dan Onigiri.

“Saya lulus 2019. Juli saya buka usaha jelly. November kepikiran mau usaha onigiri, karena di Malang suka jajan Onigiri,” ujar aalah seorang warga Kabupaten Berau.

Diawali dengan berjualan melalui media sosial yang dimiliki. Meggy selalu kebanjiran orderan saat membuka Sistem Pre Order (PO).

“Setiap hari buat pesanan, karena memang pasarnya ga susah. Banyak orang yang sudah tahu Onigiri. Apalagi kita kasih isiannya full,” bebernya.

Namun, tahun 2021 jualannya sempat terhenti, karena dirinya menerima pekerjaan baru. Hal itu membuat sistem PO di media sosialnya muncul di hari libur saja.

22d modal 1

Akhirnya, beberapa customer menyarankan untuk menitipkan Onigiri-nya di swalayan agar bisa dinikmati setiap hari.

“Adanya saran dan saya juga sudah ikut beberapa kali kegiatan pelatihan keamanan pangan, jadi saya berani buat dan menitipkan ke swalayan,” terangnya.

Saat ini produksi sehari yang dihasilkan sebanyak 150 buah Onigiri dengan 5 varian rasa, yakni Tuna Pedas, Tuna Mayo, Ayam Suwir, Abon Sapi dan Sapi Pedas. Per tiga hari Meggy bisa menghabiskan 15 kilogram Ikan Tuna dan 10 kilogram ayam.

“Kita distribusikan setiap jam sembilan pagi. Jam sembilan malam kita tarik. Ada 4 karyawan masing-masing dengan tugasnya,” ujarnya.

Diakuinya, sebagai seorang pengusaha, pasti memiliki kendala. Salah satunya kesulitan untuk mengurus sertifikasi halal produk.

Setelah mencari informasi, ternyata Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Berau memiliki program bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang ingin mengurus sertifikasi.

“Alhamdulillah, setelah berdialog dengan Diskoperindag, ternyata mereka ada bantuan sertifikasi. Sekarang punya saya sedang dalam proses,” ucap Mega seraya bersyukur.

Hingga saat ini, Mega memiliki omset 10 hingga 12 juta rupiah per pekan dari awal modalnya hanya Rp600 ribu.

“Alhamdulillah, sudah bisa mengcover gaji karyawan, bahkan masih bisa untuk nambah lagi,” tutur pengusaha muda “Bumi Batiwakkal” itu sembari melepas senyum. (*)